Adab dan Metode Menyampaikan Nasihat disertai Hikmah dan Manfaatnya (Dakwah dan Tausyiah)

Hallo Assalamualaikum sahabat PandaiBelajar! Semoga Allah Swt senantiasa memberikan keberkahan kepada diri kita yaa, aamiin. Nah, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Adab dan Metode menyampaikan Nasihat. Kita tahu bahwa saat diri kita keluar jalur dan melenceng walaupun sedikit, maka disitulah kita perlu adanya nasihat dan juga teguran. Kita sebagai umat manusia haruslah selalu saling mensihati satu sama lain dalam menegakan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dengan begini kita akan selalu kuat dalam hal apapun. Maka dari itu, akan kami bahas di sini tentang Nasihat. Dalam pembahasan kali ini terdapat beberapa bagian yang dibahas yaitu, Adab dan Metode Menyampaikan Nasihat, Dakwah dan Tausyaiah, Proses Penyampaian Nasihat, serta Hikmah dan Manfaat Nasihat. Langsung saja sahabat PandaiBelajar kita bahas di bawah ini. Selamat membaca!

www.pandaibelajar.com


A. Adab dan Metode Menyampaikan Nasihat (Dakwah dan Tausyiah)

  Proses penyampaian nasihat merupakan bagian kerja dari dakwah. Dalam berdakwah tidak boleh ada hal sedikitpun yang ditutup-tutupi atau bahkan disembunyikan, semua hal-hal yang benar harus senantiasa disampaikan, meskipun hal tersebut akan berdampak buruk juga bagi yang menyampaikan hal tersebut. Hal ini dijelaskan atau dipaparkan oleh Rasuulloh saw dengan sabdanya yaitu, Katakanlah yang benar meskipun terasa pahit. Dengan demikian, semua hal mengenai pekerjaan harus dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya dan mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Begitu juga halnya dengan dakwah ini, saat memberikan nasihat atau proses menyampaikan nasihat yaitu dakwah, haruslah memperhatikan banyak aspek, terutama terhadap objek dakwahnya, yaitu orang-orang yang kita beri nasihat atau juga disebut dengan umat. 
  Orang yang akan kita nasihati atau ojek dakwah adalah manusia yang memiliki beragam latar belakang, seperti berbeda adat, berbeda budaya, berbeda kecenderungan, beda pengetahuan, dan juga setiap orang pasti akan berbeda latar belakang sosialnya. Hal ini yang harus sangat diperhatiakan bagi orang yang berdakwah atau yang akan memberikan nasihat karena manusia merupakan makhluk yang ini dan beragam, maka cara pendekatannya juga harus dengan cara yang berbeda anatara satu individu dan juga individu lainnya. dikarenakan hal-hal tersebut, cara untuk mengoptimalkan dakwah yang akan disampaikan dan juga meminimalisir dampak-dampak yang buruk, berikut adalah adab-adab menyampaikan nasihat (Dakwah).
  1. Disampaikan dengan Cara Lemah Lembut dan Santun.
    Dalam firman Allah Swt sangat banyak dijelaskan dan mengajarkan kepada kita semua tentang bagaimana menyampaikan nasihat atatu juga dakwah kepada objek dakwah yaitu orang lain dengan cara yang santun dan juga senantiasa lemah lembut, di antaranya di dalam (Q.S Ali Imran/3:159 dan juga Q.s An-Nahl/16:125). Dalam ayat-ayat firman Allah Swt tersebut terdapat beberapa adab untuk menyampaikan nasihat yaitu berdakwah dan bertausyiah, yaitu sebagai berikut.
    a. Disampaikan dengan cara yang hikmah (bijak)
    b. Jika nasihat berbentuk ucapan atau lisan, haruslah disampaikan dengan cara yang baik.
    c. Jika akan melaksanakan pertukaran argumen (debat, diskusi, atau juga lewat jalan berdialog, hendaknya dilakukan dengan cara yang terbaik.
    d. Senantiasa menghargai perbedaan. Pada saat bertukar argumen dengan orang yang dinasihati, kemudian tidak mencapai titik temu, kita harus selalu menghargai pendapat mereka, dan janganlah kita memaksa mereka untuk tunduk atau patuh terhadap pendapat dan juga ajakan dari kita. Hal itu dikarenakan perbuatan yang bersifat pemaksaan dilarang.
  2. Memperhatikan Tingkat Pendidikan
    Tingkatan pendidikan dan juga tingkat kemampuan berpikir dari obejk dakwah haruslah menjadi hal yang dipertimbangkan dalam hal menyampaikan nasihat atau berdakwah dan juga bertausyiah dengan cara lisan. Rasululloh saw bersabda, Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar akal (daya pikir) mereka. (H.R Dailami).
  3. Menggunakan Bahasa yang Sesuai
    Bahasa yang patut digunakan hendaknya bahasa yang dapat dipahami dan sesuai juga dengan tingkat intelektual objek dakwah atau yang akan diberi nasihat. Ketika pendakwah berbicara di hadapan kalangan masyarakat awam, gunakanlah bahasa yang berbeda dengan yang digunakan di hadapan kaum terpelajar, dan juga sebaliknya, maka bahasa itu sangat penting dalam menyampaikan nasihat atau dalam proses berdakwah atau juga tausyiah.
  4. Memperhatikan Budaya
    Di mana bumi dipikaj, di situ langit dijunjung. Pepatah tersebut sangat diperlukan dalam berdakwah atau pun dalam dunia perdakwahan. Seseorang yang akan menyampaikan nasihatnya kepada masyarakat sekitar harus sangat memperhatikan budaya disekitar juga dan senantiasa menghargai budaya sekitar sehingga kita tidak melanggar norma-norma yang ada di masyarakat sekitar dan juga objek dakwah tidak akan tersinggung dengan penyampaian nasihat yang akan diberikan. 
  5. Memperhatikan Tingkat Sosial dan Ekonomi
    Kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang menjadi sasaran objek dakwah merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi pendakwah. Jika dalam suatu masyarakat sebagai sasaran dakwah tersebut termasuk kategori orang yang berhak menerima zakat (mustahiq), maka materi yang disampaikan atau nasihat yang disampaikan jangan didominasi dengan kewajiban untuk menunaikan zakat, tetapi materi yang disampaikan sebaiknya memotivasi masyarakat tersebut agar zakat yang telah diterima dapat dipakai dengan sebaik-baiknya dan dapat produktif yang selanjutnya tidak akan lagi menjadi mustahiq tetapi naik tingkat menjadi muzaki yaitu orang yang mengeluarkan zakat karena ekonomi sudah memadai.
  6. Memperhatikan Usia Objek Dakwah
    Saling menyangi dan juga saling menghargai serta menghormati satu sama lain berlaku dalam segala urusan apalagi dalam hal berdakwah. Pada dasarnya semua orang memiliki potensi untuk menerima nasiat dan juga dakwah, tetapi yang perlu kita perhatikan dalam menasihati orang tua tidak bisa disamakan dengan menasihati orang yang sebaya dengan kita atau juga teman atau orang yang lebih muda dari kita. 
  7. Yakin dan Optimis
    Seorang pendakwah atau dai haruslah memiliki rasa yakin dan juga optimis bahwa yang disampaikan dalam proses berdakwah merupakan nasihat yang bersumber dari Allah Swt, meskipun disampaikan sesuai dengan pemahaman seorang pendakwah atau dai, dan penuh harap bahwa kebenaran yang disampaikan nantinya akan tegak menggantikan kebatilan. 
  8. Menjalin Kerjasama Sama
    Dakwah merupakan kerja besar yang tidak mungkin dilakukan dengan cara sendiri atau dengan seorang dai saja tanpa ada dukungan dari objek dakwah dan juga orang lain yang membantu dalam hal menyampaikan nasihatnya. Di antara sesama manusia dalam hal ini dai harus memiliki jaringan dakwah yang terorganisir dengan baik. Akan tetapi, bukan sesama dai saja, kerja sama juga harus dilakukan dengan semua kalangan masyarakat. Semua kalangan harus saling bahu membahu dan saling mendukung serta menopang segala hal dalam menjalankan misi mulia ini menegakan amar maruf dan nahi munkar. Firman Allah Swt yang artinya: …Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya. (Q.S. al-Maidah /4:2).
  9. Konsekuen dengan Perkataan (Keteladanan)
    Setiap apa yang kitakan sudah seharnya sama dengan apa yang kita perbuat. Dengan keteladanan kita tersebut, kita selalu berharap dengan apa yang kita sampaikan kepada objek dakwah akan mau menerima dan juga mengikuti dengan suka rela. Jika masyarakat sebagai objek dakwah belum dapat atau tidak bisa melakukan apa yang kita sampaikan atau kita nasihati, janganlah menyerah untuk kemudian berhenti berdakwah, tapi jadikanlah sebuah motivasi yang tertanam dalam diri agar kita dapat dengan segara menjadi contoh yang baik bagi sasaran objek dakwah. Kebenaran harus tetap disampaikan meski itu terasa pahit, tapi para pendakwah atau disebut juga dengan dai wajib berbekal diri dengan wawasan yang sangaat luas baik berkaitan dengan materi dakwah maupun berkaitan dengan metode dakwahnya senidiri. Para pendakwah juga harus berusaha selalu konsekuen dengan perkataannya, sehingga dapat menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat sekitar dan juga umat.
B. Hikmah dan Manfaat Nasihat

  Tegaknya saling menasihati untuk senantiasa berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan sebuah jaminan kehidupan yang layak dunia akhirat. Manfaat dan hikmahnya sebagai berikut.
  1. Nasihat dari orang lain merupakan kontrol sosial kepada diri kita pada saat kita terlena dan tidak mempu melakukan introspeksi diri (muhasabah).
  2. Senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk konsekuen (jika kita sebagai pemberi nasihat tersebut).
  3. Senantiasa menjaga hati dan pikiran serta menjaga diri dari rencana kotor atau tercela.
  4. Terjalinnya persatuan dan juga persaudaraan antara pemerintah dan semua kalangan masyarakat.
  5. Terjaganya lingkungan dari kemaksiatan dan juga penyakit sosial lainnya.
  6. Terciptanya keadilan, keamanan, ketenteraman, dan kedamaian di dalam masyarakat. 
  7. Mendapat balasan kebaikan dari Allah Swt di dunia dan akhirat.      

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »