Sejarah Islam : Masa Kejayaan Islam dan Tokoh Cendikiawan Muslim

Assalamualaikum sahabat PandaiBelajar! Dalam kesempatan kali ini kami selaku admin akan memberikan pembahasan tentang Periodesasi sejarah Islam dan Masa Kejayaan Islam. Pembahasan ini terdapat beberapa bagian yang dibahas yaitu, Periodesasi Sejarah Islam (Periode Klasik, Periode Pertengahan, Periode Modern), dan Masa Kejayaan Islam (Kerajaan Umayyah dan Kerajaan Abbasyiah),  dan Tokoh-tokoh Cendikiawan Muslim. Langsung saja mari kita baca dengan seksama pembahasan di bawah ini!

www.pandaibelajar.com


A. Periodesasi Sejarah Islam

Menurut pendapat dari Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar yang berbeda yaitu sebagai berikut.

  1. Periode Klasik (650‒1250) Periode Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
    a. fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
    b. fase disintegrasi (1000‒1250).
  2. Periode Pertengahan (1250‒1800) Periode Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
    a. fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
    b. fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800).
  3. Periode Modern (1800‒dan seterusnya) Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandai dengan munculnya para pembaharu Islam.
B. Masa Kejayaan Islam

Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar kurang lebih tahun 650‒1250. Periode ini disebut juga dengan Periode Klasik. Pada kurun waktu tersebut, terdapat dua kerajaan yang sangat besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut juga dengan Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut juga dengan Daulah Abbasiyah.


Pada masa kerajaan Bani Umayyah, perkembangan Islam yang sangat pesat ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan  yang dipergunakan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi berbagai hal yaitu, bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan juga bidang militer.

Sementara perkembangan Islam pada masa kerajaan atau pemerintahan Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dengan melahirkan banyak ilmuan muslim dunia. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan juga ada bidang militer.

Kemajuan umat Islam tersebut sangat baik pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba begitu saja. Akan tetapi, ada proses perjuangan dan juga ada penyebabnya, yaitu disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain sebagai berikut.
  1. konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
  2. ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
  3. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
  4. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sedangakan faktor eksternalnya adalah sebagai berikut.

  1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu telah mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pada saat itu pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastranya. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama ilmu filsafatnya.
  2. Gerakan Terjemah. Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan sangat giat. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang ilmu astronomi, ilmu kedokteran, ilmu filsafat, ilmu  kimia, dan sejarah.
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, kejayaan Islam ini disebabkan juga oleh adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasik tersebut, antara lain seperti berikut di bawah ini. 
  1. Melaksanakan ajaran al-Qur’ān dengan cara yang maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’ān yang menyuruh agar kita menggunakan akal untuk berpikir. 
  2. Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus jauh umpamanya ke negeri Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini.
  3. Mengembangkan ilmu agama dengan mengembangakan ijtihad para ulama, ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang sains ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan lain sebagainya.
  4. Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan pada saat itu.
Dari gerakan-gerakan yang dijelaskan di atas, lalu bermunculanlah tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dalam bidang yang dikuasainya masing-masing, antara lain:

  1. Ilmu Filsafat
    a. Al-Kindi (809‒873 M),
    b. Al Farabi (wafat tahun 916 M),
    c. Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
    d. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
    e. Ibnu Shina (980‒1037 M),
    f. Al-Ghazali (1085‒1101 M),
    g. Ibnu Rusd (1126‒1198 M).
  2. Bidang Kedokteran
    a. Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
    b. Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
    c. Thabib bin Qurra (836‒901 M),
    d. Ar-Razi atau Razes (809‒873 M).
  3. Bidang Matematika
    a. Umar Al-Farukhan,
    b. Al-Khawarizmi.
  4. Bidang Astronomi
    a. Al-Farazi: pencipta Astro lobe
    b. Al-Gattani/Al-Betagnius
    c. Abul Wafa: menemukan jalan ketiga dari bulan
    d. Al-Farghoni atau Al-Fragenius
  5. Bidang Seni Ukir
    Badr dan Tariff (961‒976 M)
  6. Ilmu Tafsir
    a. Ibnu Jarir ath Tabary,
    b. Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H),
    c. As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
    d. Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
  7. Ilmu Hadis
    a. Imam Bukhori (194‒256 H),
    b. Imam Muslim (wafat 231 H),
    c. Ibnu Majah (wafat 273 H),
    d. Abu Daud (wafat 275 H),
    e. At-Tarmidzi, dan lain sebagainya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »