Hai Assalamualaikum Sahabat PandaiBelajar! kali ini kita bahas tentang Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Sikap toleransi adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu, toleransi juga merupakan sikap yang sangat penting di dalam kehidupan kita, karena di kalangan masyarakat kita sangat bergam latar belakang baik sosial, budaya, agama, adat istiadat, ras, suku, dan lain sebagainya. Di dalam pembahasan kali ini terdapat beberapa subbagian yaitu, Pentingnya Sikap Toleransi dalam Kehidupan, Dalil-dalil Tentang Pentingnya Toleransi, Makna Toleransi, Pengertian Toleransi, dan Menghindarkan Diri dari Perilaku Tentang Tindak Kekerasan. Dari pada bingung, langsung saja kita kepembahasan di bawah ini!
A. Pentingnya Sikap Toleransi dalam Kehidupan
Sikap saling bertoleransi tentulah sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia sekaligus makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sikap toleransi ini harus kita junjung tinggi baik ketika bertingkah lauku maupun saat kita berkata-kata. Pengertian toleransi dalam hal ini artinya menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai setiap perbedaan yang ada di sekitar kita, serta menjembatani kesenjangan yang ada di sekitar kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga mencerminkan bahwa berawal dari sikap kita untuk menerima perbedaan yang ada di sekitar kita dan menyadari bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang menyalahi aturan, karena perbedaan tersebut adalah suatu kekayaan yang harus dimengerti dan juga harus senantiasa dihargai. Misalnya perbedaan yang ada di sekitar kita yaitu, suku, agama, bangsa, ras, adat istiadat, budaya, perilaku, cara pandang manusia, pendapat, dan lain sebagainya. Dengan adanya suatu perbedaan tersebut manusia diharapkan mampu untuk memiliki sikap toleransi tinggi terhadap segala perbedaan yang berada baik disekitar kita maupun di luar lingkungan supaya tercapai hidup rukun antara individu dan individu lainnya, individu dengan kelompok, serta kelompok masyarakat dengan kelompok masyarat lainnya.Terkait dengan pentingnya sikap toleransi dalam kehidupan kita, Allah Swt. berfirman, sebagai berikut.
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al-Qur’ān), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yūnus/10: 40)
“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yūnus/10: 41)
Di dalam Q.S Yunus/ 10:40. Allah Swt. menjelaskan lewat ayat ini bahwa setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah, ada orang yang beriman dan percaya terhadap al-quran serta mengikuti ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya, akan tetapi ada juga yang tidak mau beriman dan mereka terperangkap dalam kekafiran, dan di situlah terjadi perbedaan-perbedaan.
Di dalam Q.S Yunus/10:41. Allah Swt. memberikan sebuah penjelasan terhadap rasululloh saw, bahwa jika masyarakat sekitar mendustakanmu, kaakanlah bahwa bagiku pekerjaanku dan bagi kalian pekerjaan kalian, masing-masing pekerjaan akan dipertanggungjawabkan secara sendiri-sendiri. Allah Swt Maha adil dan tidak akan pernah zalim, bahkan Allah Swt memberikan kepada tiap-tiap manusia sesuai dengan apa yang diterimanya. Kesimpulan dari kedua ayat tersebut adalah sebgai berikut.
- Setiap umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi dua golongan yaitu, ada umat yang beriman terhadap kebenaran atas kerosulan dan keimanan terhadap kitab suci yang diberikan sebagai kabar gembira terhadap orang-orang beriman, dan ada juga golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad saw. dan golongan tersebut mendustakan serta tidak beriman kepada al-quran.
- Allah Swt. Maha mengetahui sikap juga perilaku orang-orang beriman yang selama hidupnya di dunia ciptaan Allah Swt senantiasa selalu bertqwa kepada Allah Swt, begitu juga mengetahui orang-orang kafir yag tidak beriman terhadap Allah Swt.
- Orang-orang yang beriman harus tegas dan teguh pendirian atas keyakinannya. Tetap tegar meskipun hidup di tengah-tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya tersebut.
Manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan dianugrahi oleh nafsu, dengan nafsu tersebut manusia bisa merasakan benci dan juga bisa merasakan cinta. Dengan nafsu juga manusia dapat melakukan persahabatan dan dapat pula melakukan permusuhan dengan manusia lainnya. Dengan nafsu pula manusia bisa mencapai suatu kesempurnaan dan dengan nafsu pula manusia bisa mendapatkan kesengsaraan di dalam hidupya. Hanya hawa nafsu yang berhasil dijinakan oleh pikiran atau otak yang mampu menuntun manusia ke jalan yang benar dan mengantarkan ke arah kesempurnaan. Namun, jika hawa nafsu tersebut tidak dapat terkendali oleh akal pikiran, maka hawa nafsu tersbut akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan dan suatu kehinaan baik di dunia maupun diakhirat.
Adanya permusuhan itu diakibatkan dari suatu rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti juga halnya cinta, benci pun berasal dari hawa bafsu yang tidak terkendali atau di luar kendali akal manusia. Permusuhan di antara manusia juga terkadang karena kedengkian terhadap hal-hal atau urusan-urusan duniawi. Terkadang juga permusuhan itu muncul diantara kita diakibatkan dasar ideologi dan keyakinan yang berbeda. Di dalam Islam tentulah dilarang perilaku kekerasan terhadap siapapun.
Allah Swt. berfirman di dalam Q.S al-Maidah/5:32 yang artinya:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (Q.S. al-Māidah/5: 32)
Di dalam ayat di atas Allah Swt. menjelaskan bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil dan Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia akan sama dengan membunuh seluruh manusia yang ada di muka bumi. Sebaliknya, jika menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka hal itu sama juga dengan menyelamatkan seluruh manusia. Firman Allah Swt ini memberikan gambaran bahwa kita hidup bermasyarakat dengan prinsip-prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan suatu kesatuan bagian tubuh, sedangkan orang atau individu di dalam masyarakat tersebut bgaikan anggota tubuhnya. Apabila satu saja anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya juga ikut merasakan sakitnya. Al-quran memberikan perhatian khusus terhadap perlingdungan jiwa setiap manusia dan menganggap bahwa membunuh seorang manusia, sama saja dengan membunuh sebuah masyarakat.
Di dalam pengadilan negara-negara tertentu menetapkan hukum qisas, yaitu memberi hukuman berupah membunuh orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah dilakukan hukum seperti ini yaitu, hukuman mati bagi para pembunuh.
Di dalam Q.S al-Maidah/5:32 terdapat tiga buah pelajaran yang dapat diambil.
- Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki suatu keterkaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan anatara satu individu dan juga individu lainnya. Oleh karena itu, terputusnya satu saja mata rantai di dalam masyarakat akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
- Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka masing-masing, pembunuhan seorang manusia dengan maksud yang jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, akan tetapi keputusan pengadilan untuk melakukan eksekusi kepada orang yang berbuat pelanggaran berupa pembunuhan dalam rangka qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat.
- Seseorang yang memilih pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti halnya para dokter, perawat, polisi, tentara, pemadam kebakaran, dan lain sebagainya harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan orang bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.
Tugas bersama kita sebagai manusia ciptaan Allah Swt. yang senantiasa bertqwa kepada-Nya adalah selalu menjaga ketenteraman kehidupan dengan cara mencintai orang-orang sekitar kita seperti, tetangga kita sendiri. Artinya, kita dilarang meakukan perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain disekitar kita, termasuk menyakiti dan melakukan tindakan kekerasan kepadanya.