TEATER TRADISIONAL NUSANTARA (Jenis-jenis Teater Tradisional Nusantara: Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, Makyong, Mamanda)

Hallo Assalamualaikum sahabat! Semoga selalu diberikan keberkahan oleh Allah Swt yaa sahabat, Aamiin! Oke, kali ini kita akan membahas tentang Teater Tradisional Nusantara. Telah diketahui dihampir semua kalangan masyarakat Indonesia bahwa kebudayaan yang ada di negara ini sangat melimpah, jika kita membahas masing-masing kebudayaan yang ada di Indonesia, maka akan sangat banyak bahasan kali ini, sehingga kali ini kami membahas tentang Teater Nusantara saja. Baiklah Pembahasan ini Mencakup tentang Teater Tradisional Nusantara, Jenis-jenis Teater Tradisional Nusantara yaitu, Lenong, Longser, Ketoprak, Ludruk, Arja, Kemidi Rudat, Kondobuleng, Dulmuluk, Randai, Makyong, Mamanda. Sebenarnya masih banyak lagi teater-teater yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, akan tetapi yang populer dan yang dibahas di bawah ini hanya sebelas (11) jenis teater saja. Oke, langsung saja simak dengan seksama pembahasan di bawah ini!

www.pandaibelajar.com


TEATER TRADISIONAL NUSANTARA

  Indonesia merupakan negara yang sangat kaya raya baik kekayaan alam maupun kekayaan budayanya, bahkan kaya juga dalam bidang kuliner yang beragam dengan cita rasa kelas dunia. Berbicara soal Indonesia pasti tidak akan ada habisnya, langsung saja kita kerucutkan ke pokok pembahasan yaitu Teater Tradisional Nusantara. 
  Kata Tradisional berasal dari kata Tradisi yang artinya yaitu, buah pikiran, kepercayaan, adat-istiadat, pandangan hidup yang ditentukan secara lisan serta turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kata tradisi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata Tradition. 
  Yang dimaksud dengan teater Tradisional adalah bentuk sebuah tontonan bagi masyarakat sekitar yang diwariskan dari nenek moyang secara turun temurun kepada genereasi selanjutnya dalam hal ini tepatnya diturunkan kepada generasi selanjutnya. Dramawan sangat berupaya untuk mengaktualisasikan teater tradisional tersebut dengan konsep-konsep yang dirancang sedemikian rupa agar berkonsep kekinian, dan supaya tontonan yang disajikan tidak ada jarak yang jauh dengan penonton pada zaman sekarang.

Jenis-jenis Teater Tradisional Nusantara
  1. Lenong
    Lenong adalah salah satu jenis tradisional Betawi. Lenong terbagi menjadi dua bentuk yaitu, Lenong Denes dan Lenong Preman. Suguhan yang disajikan dari Lenong Denes yang berbentuk kerajaan dan lakonnya tentang raja-raja dan pangeran, pada saat ini di betawi sendiri sudah jarang dijumpai karena hampir tidak ada penerusnya dan tidak dapat diwariskan dengan baik karena pengaruh modernisasi pada kalangan muda masyarakat betawi. Pementasan Lenong Preman yang lakonnya tentang rakyat jelata, seperti yang kita kenal sekarang pada awalnya dimainkan semalam suntuk. Dikarenakan tuntutan zaman yang semakin pesat berkembang, maka terjadilah beberapa perubahan-perubahan di dalam Teater Preman ini. Salah satu perubahannya yaitu durasi diperpendek menjadi satu atau dua setengah jam saja paling lama dipertunjukan. Teater tradisional dari betawi lainnya adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek, dan Jipeng (Jinong). Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berkaca pada sejarah, Lenong dipengaruhi juga dari teater bangsawan pada zamannya. 
  2. Longser 
    Longser merupakan salah satu teater tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Ada beberapa pendapat tentang asal mula dari kata Longser, salah satu pendapat tersebut mengatakan bahwa Longser berasal dari kata Melong yang artinya melihat, dan dari kata seredet yang artinya tergugah. yang diartikan dengan arti gabungan antara kedua kata tersebut bahwa siapa saja yang menontong pertunjukan longser hatinya akan tergugah. Sama halnya dengan teater tradional lainnya, Longser juga mempertontonkan suatu hal yang bersifat hiburan, jenaka, sederhana, dan yang pastinya mengibur kepada para penonton. Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena longser tidak memerlukan dekorasi yang terlalu rumit. Penonton dapat menyaksikan pertunjukan Longser dengan duduk rapi secara melingkar. 
  3. Ketoprak
    Ketoprak merupakan teater tradisional yang paling populer di Jawa Tengah. Pada awalnya Ketoprak hanyalah permainan masyarakat desa ang sedang menghibur dirinya sendiri dengan cara menabuh lesung yang bertepatan pada bulan purnama yang disebut dengan Gejogan. Pada perkembangannya teater ini menjadi suatu bentuk kesatuan teater tradisional yang dapat menghibur penonton dengan lengkap. Pada awlnya dipertonttonkan teater tradisional ini disebut dengan Ketoprak Lesung, kemudian dengan disertakannya gendang, terbang, suling, nyanyian dan lakon yang menceritakan tentang kehidupan di pedesaan, maka terpenuhilah dan terlengkapi Teater Tradisional Ketoprak sebagaimna yang ada sekarang, teater ini pertama kali dipertunjukan sekitar tahun 1909-an. 
  4. Ludruk
    Ludruk merupakan teater tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang pertunjukannya juga bertemakan dan bersifat kerakyatan. Pada awalnya teater tradisional ini berasal dari Jombang yang menggunakan bahasa jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya Ludruk justru menyebar ke daerah barat, Keresidenan Medium, Kediri, hingga ke Jawa Tengah. Tokoh yang tampil menjadi masing0masing pemeran dalam pementasan Ludruk diperankan oleh laki-laki seluruhnya. Cerita yang dipentaskan dalam pertunjukan Ludruk ini biasanya bertemakan tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan dalam melawan penindasan yang terjadi. 
  5. Arja 
    Arja merupakan salah satu teater tradisional yang sangat dikenal di Bali, sbenarnya teater tradisional di pulau Bali cukup banyak bentuk-bentuknya. Teater tradisional Arja ini juga bertemakan tentang kerakyatan. Penekanan pada pementaan teater tradisional ini menekankan pada tari-tarian dan nyanyi-nyanyian. Pada awalnya pementasan Arja dipentaskan oleh laki-laki, akan tetapi pada perkembangannya lebih banyak diperankan oleh wanita, karena ada penekanan pada tarian. Arja pada umumnya mengambil lakon dari Gambuh yaitu, lakon yang bertolak dari cerita Gambuh. Akan tetapi, dalam perkembangannya dimainkan juga oleh lakon dari Ramayana dan Mahabrata. Tokoh-tokoh yang muncul di dalam pementasan Arja ini adalah Melung (Inye, Condong) pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari, mantri dan lain lain. 
  6. Kemidi Rudat
    Kemidi Rudat adalah salah satu teater tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Pementasan Kemedi Rudat hampir mirip dengan tontonan pertunjukan teater di daerah-daerah lain. Pementasan teater tradisional Kemidi Rudat berbentuk drama, yang dikombinasikan dengan tati-tarian dan nyanyian. Dialog yang dibawakan dalam pementasan pun sering kali berbentuk syair dan nyanyi-nyanyian, serta pantun. Ada beberapa pendapat yang mengatakan Rudat berasal dari kata Rodat yang artinya berbaris-baris. Pementasan teater tradisional Kemidi Rudat ini terpengaruhi oleh bangsawan yang berlatar belakang kebudayaan melayu dan juga diringi dengan irama-irama yang bernuansa melayu. 
  7. Kondobuleng 
    Kondobuleng adalah teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari dua perpaduan kata yaitu, Kondo yang berarti bangau dan juga buleng yang berarti putih. Sehingga Kondobuleng berarti bangau putih. Pertunjukan kondobuleng mempunyai makna simbolis. Cerita yang disajikan sama seperti teater tradisional lainnya yaitu diperankan secara spontan dan banyak mengandung unsur simbolik yang menceritakan manusia dan burung bangau, ditambahkan pembawaan bergaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. 
  8. Dulmuluk
    Dulmuluk ini merupakan teater tradisional yang asal mulanya dari daerah Palembang, Sumatera Selatan. Penamaan teater ini menjadi Dulmuluk diambil dari salah satu tokoh pemeran yang terdapat pada Hikayat Abdoel Moeloek. Nama lain dari teater tradisional Dulmuluk ini adalah Teater Indra Bangsawan. Teater ini juga menggunakan tari-tarian di dalam pementasannya dan juga disertai dengan nyanyian. Banyolan dan humor sangat dominan sekali dalam pementasan teater tradisional Dulmuluk. 
  9. Randai
    Teater tradisional Randai ini berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Teater tradisional ini bertolak dari sastra lisan yang disebut dengan Kaba yang artinya cerita. Kaba yang berbentuk Gurindam dan pantun didendangkan dengan diiringi dengan saluang, rabab, bansi, dan rebana. Pementasan ini ditampilkan dalam pola lingkaran atau melingkar berdasarkan gerak-gerak tari yang bertolak dari gerakan silat. Gerakn dari silat tersebut disebut juga dengan Gelombang. Cerita yang diangakat untuk pementasan randai ini adalah cerita  berupa cerita-cerita lisan legenda dan dongeng yang populer di kalangan masyarakat. Randai ini merupakan pertunjukan yang menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama, dan dibumbui dengan gerakan bela diri silat. Teater tradisional ini biasanya dipertunjukan dalam rangka festival atu juga dalam rangka upacara adat Minangkabau.
  10. Makyong
    Teater tradisional Makong ini berasal dari pulau Mantang yaitu salahsatu pulau di daerah Riau.  Pada awalnya pementasan Makyong ini berupa tarian dan nyanyian saja, akan tetapi pada perkembangannya dicampurkan dengan cerita-cerita rakyat, legenda-legenda, dan cerita-cerita kerajaan. Makyong sering sekali ditampilkan di istana-istana kerajaan karena pementasan Makyong ini digemari oleh bangsawan dan juga sultan-sultan kerajaan. Di dalam proses pertunjukan unsur yang dominan adalah unsur humor, taian, nyanyian, dan juga musik yang melantun. Tidak seperti teater tradisional lainnya yang dilakoni rata-rata oleh laki-laki, pementasan Makyong ini didominasi oleh pemeran peremuan, jika pemeran laki-laki muncul maka akan sealalu mengenakan topeng, sedangkan pemeran perempuan tidak memakai topeng.
  11. Mamanda
    Teater yang bernama Mamanda ini berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada awalnya sekitar tahun 1897, datanglah rombongan bangsawan Malaka ke daerah Banjarmasin yang mengangkat cerita yang bersumber dari syair Abdoel Moeloek, walaupun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, hadrah, rudat, japin, akan tetapi rombongan bangsawan tersebut tetap mendapat tempat tersendiri di kalangan masyarakat sekitar. Pada perkembangannya nama bangsawan yang membawa teater ini diubah menjadi Badamuluk, lalu setelah itu berkembang lagi dengan sebutan Bamanda atau juga Mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata Mama yang berarti paman atau pakcik dan juga dari kata Nda yang berarti terhormat. Sehingga Mamanda berarti Paman yang terhormat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »