Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts

TEKS CERITA ULANG BIOGRAFI LENGKAP (Pengertian, Tujuan, Struktur, Kaidah Kebahasaan, Ciri-ciri Teks Ceria Ulang Biografi)

Hai Sabahat PandaiBelajar! Di kesempatan kali ini kami akan mengulas Pelajaran Bahasa Indonesia, adapun bab yang akan dibahas yaitu Teks Cerita Ulang Biografi. Kami akan mengulas secara lengkap materi Teks Cerita Ulang biografi ini. Hal-hal yang akan dijelaskan kali ini diantaranya Pengertian Teks Cerita Ulang Biografi, Tujuan Teks Cerita Ulang Biografi, Struktur Teks Cerita Ulang Biografi, Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Ulang Biografi, Ciri-ciri Teks Ceria Ulang Biografi.Yak tanpa berlama-lama lagi, Let's Check this out!!

www.pandaibelajar.com
Nelson Mandella

Teks Cerita Ulang Biografi adalah sebuah teks yang menceritakan kembali kepada pembaca mengenai seorang tokoh yang berjasa berdasarkan bigrafi yang sudah pernah ada. Teks cerita ulang biografi merupakan salah satu teks cerita ulang faktual yang mengisahkan riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

Tujuan Teks Cerita Ulang Biografi ialah teks ini bermanfaat bagi pembaca sebagai pelajaran yang berharga berdasarkan pengalaman seorang tokoh. Adapun bagi penulis untuk berbagi pengalaman tokoh-tokoh sukses kepada orang banyak (pembaca) dengan teks yang lebih ringkas daripada teks biografi aslinya.

Struktur Teks Cerita Ulang Biografi
Struktur teks merupakan bagian-bagian dari teks yang membangun teks itu sendiri. Bagian-bagian tersebut menjelaskan ciri bagian awal, inti, dan penutup teks dalam fungsi penyampaian tertentu. Adapun struktur yang membangun sebuah Teks Cerita Ulang Biografi yaitu :

  • Orientasi adalah bagian yang memberi pengenalan tokoh secara umum, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, latar belakang keluarga, serta riwayat pendidikan tokoh yang diangkat.
  • Urutan Peristiwa Kehidupan Tokoh adalah bagian yang menceritakan urutan peristiwa kehidupan tokoh yang pernah dialami sosok yang digambarkan meliputi peristiwa yang mengesankan, mengagumkan, menarik maupun mengharukan. Pada bagian ini terlihat berbagai pengalaman sang tokoh yang diceritakan, baik peristiwa yang mengesankan maupun persoalan yang dihadapinya.
  • Reorientasi adalah bagian akhir dari teks yang berisikan pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja bagian ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita ulang biografi.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Ulang Biografi
Kaidah kebahasaan pada teks ini yaitu:
  1. Pronomina, dikenal juga dengan kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung, sepertinya "ia, mereka, -nya"
  2. Menggunakan kata yang menunjukkan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana.
  3. verba material, untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan memukul.
  4. Verba Tingkat Laku, merupakan kata kerja yang mengacu pada sikap yang dinyatakan dengan berupa ungkapan perkataan atau verbal
  5. Kata yang menunjukkan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat
  6. Keterangan waktu lampau, kata keterangan waktu yang menyatakan waktu yang lalu (sudah terlewat). 
  7. Konjungsi (kata sambung) temporal, Untuk menata urut-urutan peristiwa yang diceritakan, seperti ketika, kemudian, dan setelah. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi konjungsi lainnya untuk dimunculkan pada teks tersebut, seperti dan, tetapi, karena, dan meskipun.
  8. Kalimat simpleks, Kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan satu aksi, peristiwa, atau keadaan kerap terdapat dalam teks cerita ulang ataupun biografi ini.
Ciri-ciri Teks Cerita Ulang Biografi
Teks Cerita Ulang Biografi memiliki beberapa ciri-ciri yang membuat teks ini berbeda dan dapat dibedakan dengan jenis teks lainnya yaitu :
  • Hal yang dituangkan dalam teks cerita ulang biografi merupakan kisah hidup orang yang terkenal atau berpengaruh di dunia.
  • Dalam teks tersebut menceritakan kisah tokoh dengan lengkap, dimulai dari sang tokoh menjalani masa kecil sampai tua bahkan sampai meninggal (jika sang tokoh sudah wafat, jika belum maka tentu tidak ada)
  • Selain perjalanan hidup sang tokoh, dalam teks ini juga menceritakan kegiatan dan peristiwa yang dialami tokoh, ekspresi, ide, perasaan, dan pandangan hidup tokoh. Serta jasa dan keberhasilan sang tokoh.
  • Teks cerita ulang biografi lebih kompleks atau lebih lengkap dari pada biodata CV

MEMBACA GRAFIK (Tujuan, Fungsi, Manfaat, Jenis-jenis, dan Langkah-langkah Membaca Grafik)

Hallo, Assalamualaikum sahabat Pandai Belajar. Kali ini admin masih membahas tentang materi Membaca. Materi yang kami bahas kali ini adalah Membaca Grafik. Di dalam bahasan kali ini terbagi menjadi beberapa kajian yaitu, Pengertian Membaca Grafik (disertai dengan pendapat para ahli dan referensi lainnya), Tujuan Pembuatan Grafik, Fungsi Grafik, Jenis-jenis Grafik atau Macam-macam grafik, Manfaat Grafik, dan Langkah-langkah Membaca Grafik atau Cara Membaca Grafik dengan Baik dan Benar. Langsung saja kita baca dengan seksama bahasan di bawah ini.


GRAFIK

1. Pengertian Membaca Grafik

    Menurut Soedarso (2001: 103)  grafik adalah gambaran suatu data secara efektif berupa penyampaian ide yang kompleks secara mudah kepada pembaca. Ciri utama grafik adalah sederhana tetapi jelas. Grafik memberikan gambaran perbandingan atau gambaran asosiasi antara dua atau beberapa variabel serta menyusun dan mengikhtisarkan serta melaporkan hubungan antara data statistik dengan bagian-bagian lain secara komprehensif, padat, singkat, dan sederhana. Grafik merupakan bentuk penyajian visual yang dipakai untuk membandingkan jumlah data pada saat-saat yang berbeda. Banyak hal yang harus diuraikan secara panjang lebar dapat ditunjukan dengan sekejap dengan menggunakan gambar grafik. 
     Sedangkan pengertian grafik menurut Wikipedia (2016 : 1) Grafika (dari bahasa Inggris "Graphic") adalah presentasi visual pada sebuah permukaan seperti dinding, kanvas, layar komputer, kertas, atau batu bertujuan untuk memberi tanda, informasi, ilustrasi, atau untuk hiburan. Contohnya adalah: foto, gambar, Line Art, grafik, diagram, tipografi, angka, simbol, desain geometris, peta, gambar teknik, dan lain-lain. Seringkali dalam bentuk kombinasi teks, ilustrasi, dan warna. 
       Pengertian grafik menurut Ermanto (2008 : 151) adalah lukisan naik turunnya suatu keadaan (turun naiknya hasil, statistik) dengangaris atau gambar. Dalam grafik selalu terdapat perkembangan suatu persoalan (beberapa persoalan) secara kronologis seperti urutan waktu, urutan kejadian (lazim terletak secara horizontal), dan kuantitas persoalan itu digambarkan melalui persentase, atau jumlah. Dalam grafik, terlihat dengan mudah hubungan perkembangan suatu persoalan dengan kuantitasnya yang lazim digambarkan dengan garis yang nyata atau garis yang imajinatif seperti puncak-puncak balok (dalam diagram batang). 
      Dapat diketahui bahwa pengertian grafik adalah gambaran data yang disajikan secara efektif berupa presentasi visual untuk memberi tanda, informasi, ilustrasi, atau untuk hiburan, dan untuk menyampaikan ide yang kompleks secara mudah kepada pembacanya. Ciri utama grafik adalah sederhana (visualnya yang sederhana) tetapi isinya mencakup keseluruhan dan jelas. Pengertian grafik di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Offline (2012 : 1) adalah lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis ataupun gambar (turun naiknya hasil, statistik, dan sebagainya).

a. Tujuan Pembuatan grafik

Tujuan dari pengunaan grafik dalam penyajian data ialah untuk menunjukkan perbandingan  antara data satu dengan data yang lain secara informasif yang kualitatif dengan tampilan yang  sederhana. Data-data yang berupa uraian deskriptif yang banyak dan juga kompleks bisa diubah menjadi bentuk yang sederhana dengan menggunakan grafik. Sehingga jika sebuah grafik sulit dibaca atau dipahami berarti garfik tersebut sudah kehilangan manfaatnya.

b. Fungsi Grafik

Fungsi dari grafik adalah untuk menggambarkan data-data yang berupa angka-angka kebetuk yang lebih sederhana secara teliti dan menjelaskan perkembangan serta perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Jadi dapat disimpulkan fungsi grafik:

  1. Menggambarkan data kuantitatif dengan betuk sederhana namun teliti.
  2. Menjelaskan perkembangan, perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling berkaitan secara singkat, padat dan jelas.
c. Macam-macam Grafik

Grafik dibedakan mejadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran.

1. Grafik Batang
Garafik batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai untuk menekankan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek.

2. Grafik Garis
Grafik garis adalah lukisan naik turunya data berupa garis yang di hubungkan dari titik-titik data secara berurutan. Grafik ini di gunakan untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu.

3.  Grafik Lingkaran
Grafik lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya.

d. Manfaat Grafik

1. Menunjukan fakta dengan jelas dan mudah dipahami.
2. Menjadikan proses komunikasi lebih cepat dan menarik.

e. Langkah-langkah Menbaca Grafik

Menurut Sudarso ada empat langkah membaca grafik, yaitu:
1.    Membaca judul grafik.
2.    Membaca informasi yang ada dan isi grafik.
3.    Mengubah judul dengan menjadikan sebuah pertanyaan.
4.    Baca grafik secara menyeluruh dan ingatlah tujuan dari grafik
       tersebut.

Cara membaca grafik menurut Wahyuni (2010 : 1) sebagai berikut.

  1. Perhatikan judul. Jangan lupa untuk membacanya karna judul merupakan inti dari grafik tersebut.
  2. Membaca informasi yang tertulis. Seperti yang ada dikanan maupun yang dikiri. biasanya berkenaan dengan jumlah, bulan, tahun, dan sebagainya.
  3. Membaca keseluruhan isi. Ini adalah bagain terpenting,

       Menemukan perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baca dengan teliti informasi dari kiri kekanan, dari atas kebawah. Cermati angka–angka yang ada dalam grafik. Kamu dapat menambah informasi seperti nilai terendah, nilai tertinggi, nilai kenaikan, nilai penurunan, kenaikan terbanyak, kenaikan terendah, penurunan terbanyak, penurunan terendah, objek terbanyak, objek terendah. Ini dapat kamu tamabh sebagai pelengkap tabel grafik, ingat tambah seanyak-anyaknya informasi yang kemu dapat dalam grafi, sehingga meminimalis makna tersirat yanga ada dalam grafik.

KEPUSTAKAAN

Depdikbud. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Qtmedia. Google Play Store.

Ermanto. 2008. Keterampilan Membaca Cerdas.Padang : UNP Press.

Nurhadi. 2016. Teknik Membaca. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka                Utama.

Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.








MEMBACA TABEL (Pengertian, Tujuan, dan Langkah-langkah Membaca Tabel)

Assalamualaikum sahabat Pandai Belajar, kali ini kami akan membahas tentang Keterampilan Membaca. Keterampilan membaca yang akan dibahas kali ini lebih memfokuskan kepada Membaca Tabel. di dalam pembahasan ini terdapat beberapa sub judul yaitu, pertama Pengertian Membaca Tabel (disertai Pengertian Membaca Tabel Menurut Para Ahli dan berbagai referensi lainnya), kedua Tujuan dibuatnya Tabel, Hal-hal yang diperlukan dalam Menafsirkan Tabel, dan Cara Membaca Tabel atau Langkah-langkah Membaca Tabel. Langsung saja masuk ke pembahasan di bawah ini.

www.pandaibelajar.com

TABEL

1. Pengertian Membaca Tabel


      Tabel adalah daftar berisi ikhtisar dari sejumlah fakta dan informasi. Bentuknya berupa kolom-kolom dan baris-baris. Cara membaca memindai merupakan salah satu teknik membaca sekilas. Biasanya fakta atau informasi itu hanya berupa nama dan bilangan yang tersusun dalam urutan kolom dan baris. Tabel merupakan alat bantu visual yang berfungsi menjelaskan suatu fakta atau informasi secara singkat, jelas, dan lebih menarik daripada kata-kata. Sajian informasi yang menggunakan tabel lebih mudah dibaca dan disimpulkan.
       Pengertian tabel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Offline (2012 :1) adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Menurut Nurhadi (2015 : 53) tabel adalah sajian data yang berupa angka-angka yang disajikan dalam bentuk baris dan kolom yang diklasifikasikan secara sistematis menurut kesatuan tertentu.
       Jadi, dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwa membaca tabel adalah jenis kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang disajikan oleh penulis (pembuat tabel) yang berfokus kepada pemaknaan atau untuk mendapatkan informasi dari sebuah tabel.

2. Tujuan dibuat Tabel

a. Dapat memberikan banyak informasi secara ringkas.
b. Mempemudah pembaca dalam memahami bacaan.
c. Menjelaskan suatu fakta.
d. Menjelaskan informasi.
e. Disajikan secara singkat, jelas, dan lebih menarik dari pada kata-kata.

3. Hal-hal yang diperhatikan dalam Menafsirkan Tabel

a. Mencermati bagian-bagian tabel
b. Membaca informasi di sekitar tabel
c. Mengajukan pertanyaan tentang isi tabel
d. Menafsirkan angka-angka atau data dalam tabel tabel
e. Mengaitkan antar data dengan tabel
f. Mengambil kesimpulan

4. Cara Membaca Tabel

Cara membaca tabel adalah sebagai berikut :

  1. Bacalah terlebuh dahulu judul tabel. Judul tabel memberikan gambaran kepada pembaca mengenai isi atau data yang dimuat dalam tabel. 
  2. Bacalah keterangan di bagian atas tabel dan di bagian sisi kiri tabel. Keterangan tersebut merupakan kunci penjelasan mengenai data yang disajikan.
  3. Mengajukan pertanyaan mengenai informasi yang disajikan. Misalnya, berapa banyak, tahun berapa, berapa perkembangannya.
  4. Berusaha menafsirkan angka-angka yang terdapat dalam tabel.
  5. Membaca tabel dengan tetap fokus pada tujuan atau pencarian informasi yang ingin kita peroleh. Cermati keterangan dalam setiap baris dan kolomnya.
KEPUSTAKAAN

Depdikbud. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Qtmedia. Google Play Store.

Ermanto. 2008. Keterampilan Membaca Cerdas.Padang : UNP Press.

Nurhadi. 2016. Teknik Membaca. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT
Angkasa.




PENJELASAN MEMBACA PEMAHAMAN, MEMBACA IDE, MEMBACA PARAGRAF, MEMBACA BAB, DAN MEMBACA BUKU)

Hai sahabat Pandai Belajar! Kali ini kami akan membahas tentang keterampilan membaca, dalam keterampilan membaca ini ada beberapa hal yang kami bahas yaitu, Pengertian Membaca, Membaca Pemahaman, Membaca Ide, Membaca Paragraf, Membaca Bab, dan Membaca Buku. Di dalam Membaca Pemahaman dibahas beberapa poin yaitu, pengertian membaca pemahaman, hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca pemahaman, faktor-fakktor yang mempengaruhi membaca pemahaman, dan aspek-aspek dalam membaca pemahaman. Di dalam membaca ide terdapat pengertian membaca ide, dan bagian-bagian yang terdapat ide pokok dan cara membaca atau mendapatkan ide pokok. Di dalam poin membaca paragraf terdapat pengertian membaca paragraf. Di dalam poin membaca bab terdapat pengertian membaca bab, hal yang perlu diperhatikan, dan cara membaca bab. Di dalam membaca buku terdapat jenis-jenis buku dan tujuan membaca buku. Simak pembahasan di bawah ini!

www.pandaibelajar.com

A. Pengertian Membaca

        Menurut Hodgson (dalam Tarigan 1979 : 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan satu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna-makna kata secara individual akan dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
       Dari segi linguistik pengertian membaca dikemukakan oleh Anderson (dalam Tarigan 1979 : 7-8) membaca adalah suatu proses adalah suatu proses penyandian kembali dan bacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Subuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
       Sedangkan pengertian membaca (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia offline 2012 : 1) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di dalam hati).
       Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca adalah suatu proses atau suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pesan atau informasi yang disampaikan penulis melalui media tulis atau bersifat tertulis, agar dapat dipahami dan dimaknai oleh pembaca. 

B.   Membaca Pemahaman
       
       Membaca pemahaman adalah pemahan arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan (Lado dalam Nurhadi, 1987:222)
       Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia pemahan adalah suatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut kamus psikologi pemahaman berasal dari kata insight berarti wawasan. 
       Sedangkan pengertian pemahaman (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia offline 2012 : 1) adalah proses, cara atau perbuatan untuk memahami atau memahamkan.
       Devine (dalam Nurhadi 2004: 1) memberikan definisi membaca pemahaman adalah proses menggunakan informasi sintaks, semantik, dan retoris yang terdapat dalam teks tertulis yang tersusun dalam pikiran pembaca dengan menggunakan pengetahuan umum yang dimiliki, kemampuan kognitif, dan penalaran. Selanjutnya pembaca merumuskan hipotesis sebagai perwujudan dari pesan yang tersurat dari teks. 
       Smith (dalam Tarigan 1987: 32) mengartikan pemahaman sebagai penafsiran atau penginterpretasian pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kognitif dalam bacaan. 
Pendapat yang sama diungkapkan Grellet (1981: 3) bahwa membaca pemahaman merupakan kemampuan menyimpulkan informasi yang diperlukan dari bacaan. Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan memberikan makna pada sebuah teks. Melalui proses membaca pemahaman aset pengetahuan seseorang bertambah, dan juga meningkatkan daya berpikir. Membaca berupaya menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi yang disampaikan penulis, sehingga dapat merumuskan suatu kesimpulan. 
       Membaca pemahaman menurut Tarigan ( 1986:56 ) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan ( literary standards ), resensi kritis ( critical review ), drama tulis (primed drama ), serta pola-pola fiksi ( pattenrs of fiction ).
       Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu proses untuk mengenali atau mengidentifikasi teks, kemudian mengingat kembali isi teks. Membaca pemahaman juga dapat berarti sebagai suatu kegiatan membuat urutan tentang uraian/menggorganisasi isi teks, bisa mengevaluasi sekaligus dapat merespon apa yang tersurat atau tersirat dalam teks. Sedangkan pemahaman berhubungan laras dengan kecepatan. Pemahaman atau comprehension, adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian.
      Dengan demikian, apabila seseorang setelah melakukan aktivitas membaca dapat mengambil pesan dari bacaan, maka proses tersebut dikatakan berhasil. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang setelah melakukan kegiatan membaca tetapi belum dapat mengambil pesan yang disampaikan oleh penulis, maka proses tersebut belum berhasil. 

1. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membaca Pemahaman
      Hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah keluasan wawasan, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi. Aspek-aspek ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap tingkat keterampilan membaca pemahaman. Karlin dalam Nurhadi dan Rockhan ( 1990:225 ) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa dalam memahami wacana melewati beberapa aspek. Aspek-aspek yang dimaksud adalah : (1) pemahaman kata, (2) konsep, (3) kalimat, (4) struktur paragraf, dan (5) sikap dan tujuan. Pemahaman kata dapat dilatihkan dengan melihat konteksnya,dan mencakupi (1) struktur kata, (2) sinonim dan antonym, (3) bahasa figurative, dan (4) penggunaan kamus. 

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Membaca Pemahaman
     Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang ada dalam diri pembaca dan yang ada di luar pembaca. Faktor- faktor yang berada di dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat (seberapa kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca).
     Aspek lain yang juga berpengaruh dalam membaca pemahaman adalah kondisi fisik, kebugaran organ-organ tubuh. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi bila disertai pusing-pusing kepala dapat menurunkan kualitas pemahaman sehingga materi yang dibaca kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ, seperti tingkat kesehatan indra penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan menyerap informasi dan pengetahuan.
3. Aspek Membaca Pemahaman
     Menurut Broughton (dalam Tarigan 1979 : 12-13) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).aspek ini mencakup hal-hal berikut, yaitu sebagai berikut.

  • Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
  • Memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca).
  • Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
  • Kecapatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. 

C. Membaca Ide
     
      Pengertian membaca ide adalah proses membaca yang bermaksud menemukan dan memahami ide, gagasan, cita-cita dan maksud pengarang yang terdapat pada tulisannya. Pengertian ide menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Offline (2012 : 1) adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita.
     Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Menurut Tarigan (1986:56) membaca ide merupakan kegitan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atau pertanyaan berikut dari suatu bacaan: (a) mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik; (b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (c) hal-hal apa yang dipelajari dan yang dilakukan oleh sang tokoh.
    Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca ide adalah sejenis kegiatan/proses membaca yang bermaksud menemukan dan memahami ide, gagasan, cita-cita, rancangan yang tersusun dalam pikiran penulis dan maksud pengarang/penulis yang terdapat pada tulisannya. 
    Manfaat Membaca Ide antara lain, yaitu memberikan banyak manfaat bagi tercapainya tujuan membaca yang optimal dan mampu membawa kepada peningkatan berbahasa bagi pembacanya. Dapat menemukan gagasan, ide yang yang terkandung pada bacaan dengan cepat dan tepat tanpa membacanya secara keseluruhan secara detail. Kita dapat menghemat waktu dan tenaga dalam membaca. 
    Membaca untuk mengetahui merupakan suatu topik yang baik. Masalah apa yang terdapat pada cerita itu, apa yang dipelajari oleh sang tokoh dan merangkumkan apa yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai maksudnya. Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca. Setiap pembaca yang baik ialah bahwa dia tahu dan sadar mengapa dia membaca. 

1. Bagian Bacaan yang Mengandung Ide Pokok
     Menurut Soedarso (2001 : 64-65) Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunya ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.
Ide pokok biasanya akan tertera pada setiap buku yang meliputi beberapa bagian ide pokok, yaitu sebagai berikut.
a. Ide pokok buku keseluruhan.
b. Ide pokok bab.
c. Ide pokok bagian bab/sub-bab.
d. Ide pokok paragraf.

2. Cara Membaca Ide Pokok
     Menurut Soedarso (2001 : 65) untuk mendapatkan ide pokok dengan tepat dan cepat, haruslah berpikir bersama penulis. Oleh karena itu, hendaklah mengikuti struktur dan gaya penulisannya. Dari pendapat ini bisa diperoleh informasi bahwa kita sebagai pembaca haruslah mengikuti struktur yang disajikan penuis di dalam buku tersebut, sehingga kita dapat menemukan ide pokok tersebut. 
Ketentuan untuk menemukan ide pokok menurut Soedarso (2001 : 65) adalah sebagai berikut.


  • Hendaklah Anda membaca dengan mendesak, denga tujuan mendapatkan ide pokok secara cepat. Jangan membaca kata demi kata, tetapi seraplah idenya dan bergeraklah lebih cepat, tetapi janga kehilangan pengertian.
  • Hendaklah Anda membaca dengan cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya, serta teruskan Anda membaca ke bagian lain.
  • Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral. Hendaklah Anda kurangi kebiasaan menekuni detail kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap pokok suatu karangan dengan cermat.
  • Anda harus melakukan dengan cepat, tetapi Anda harus ingat terhadap kefleksibelan sehingga cara membaca adakalanya diperlambat. Janganlah Anda terlalu cepat membaca di luar hal yang normal, sehingga kehilangan pemahaman.
  • Rasakan bahwa Anda membaca lebih cepat daripada biasanya. Yang tidak layak diperhatikan hendaklah Anda pandang dengan cepat dan alihkan perhatian Anda ke pokok. Janganlah Anda terlalu menghiraukan detail kecil. Selesaikan bacaan Anda tanpa membuang waktu.
  • Cepat Anda dapatkan buah pikiran pengarang, tetapi janganlah Anda tergesa-gesa hingga mengakibatkan ketegangan. Ketegangan dan ketergesaan tidak akan membantu memahami dengan cepat.
  • Kita perlu berkonsentrasi dengan cepat dan tepat. Terlibat penuh pada ide, gagasan yang tercetak, dan untuk sementara terlebas dari dunia luar. 
Dengan demikian, jika kita mengikuti langkah-langkah yang dijabarkan di atas, kita akan dapat membaca suatu buku dengan penuh minat dan menyelesaikan suatu bacaan seperti novel, majalah, atau buku dengan sekali baca pada suatu waktu sehingga tidak berlambat-lambat. Selain itu kita juga dapat memahami dan mendapatkan ide pokok suatu bacaan seperti novel,buku, atau majalah dengan waktu yang singkat. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pembaca yang tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca suatu bacaan.


D. Membaca Paragraf
        
     Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf merupakan serapan dari bahasa Inggris paragraph. Kata itu terbentuk dari bahasa Yunani, para yang berarti sebelum dan grafein adalah menulis atau menggores. Sedangkan kata alinea berasal dari bahasa Belanda yang artinya “mulai dari baris baru”.
Pengertian paragraf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline (2012 : 1) adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimuali dengan garis baru); alinea. 
        Pengertian paragraf Menurut Ahli Uti Darmawati dan Anton   Suparyanto (dalam Pola 2015 : 1) paragraf merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Gagasan pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraph selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraph harus runtut dan saling berkaitan.
        Definisi paragraf menurut wikipedia adalah, paragraf berasar dari bahasa yunani “Paragrapos” yang artinya menulis disamping atau tertulis disamping ialah merupakan suatu jenis tulisan yang mempunyai ide atau tujuan. Masuknya sebuah baris baru merupakan tanda dari awal paragraf. Sedangkan pengertian lainnya, paragraf ialah suatu bagian dari sebuah karangan yang isinya berupa infromasi/kalimat dengan pikiran utama sebagai pengaturnya dan pikiran penjelas sebagai pembantunya.
        Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian paragraf adalah kumpulan kalimat-kalimat yang berisikan satu gagsan pokok yang didukung atau disertai dengan kalimat-kalimat pendukung yang berfungsi untuk menguraikan, menjelaskanm menjabarkan, atau menyajikan suatu data. 
        Dari pengertian paragraf di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian membaca paragraf adalah suatu kegiatan atau proses membaca yang dilakukan untuk mendapatkan pesan atau informasi yang ditulis oleh penulis dalam suatu paragraf atau lebih fokus membaca kepada bagian paragraf guna mendapatkan ide pokok paragraf tersebut. Pengertian lain yang bisa kita dapatkan, yaitu membaca paragraf adalah membaca suatu bagian dari bab yang cara penulisannya dimulai dengan garis baru.

E. Membaca Bab
       
       Pengertian bab di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Offline (2012 : 1) adalah bagian isi buku. Pengertian lain dari bab adalah bagian isi di dalam buku yang membahas suatu pokok permasalahan yang biasanya disertai atau diiringi dengan subbab yang membahas permasalahan lebih detail dan rinci.
       Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari bab adalah suatu bagian di dalam isi buku yang biasanya disertai dengan subbab, bab membahas suatu pokok permasalahan yang diperjelas atau diperdalam pada bagian subbab-subbab pada tiap bab yang ada pada buku.
Maka pengertian dari membaca bab adalah suatu kegiatan membaca yang difokuskan untuk memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh seorang penulis melalui media tulis pada suatu bab dan juga subbab-subbabnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca bab, yaitu sebagai berikut.


  1. Paragraf pertama dan akhir. Kadang-kadang atau seringkali penulis menggunakan paragraf itu untuk menyampaikan apa yang akan dibicarakan dalam bab itu atau ringkasan dan kesimpulan pada bab tersebut.
  2. Ringkasan. Ikhtisar atau ringkasan tentang bab terkadang diberikan oleh seorang penulis di bagian-bagian tertentu atau tersendiri yang terpisah.
  3. Subjudul. Kebanyakan penulis dengan susah payah berusaha memberikan subjudul pada setiap bab. Tetapi sayang, banyak pembaca justru mengabaikannya. Padahal subjudul-subjudul itu banyak memperjelas isi bab itu. Dengan adanya subjudul, pembaca semakin mengetahui hubungan bagian-bagian isi buku itu.  
  4. Amati juga alat-alat bantu visual yang ada di dalam bab tersebut, contohnya seperti grafik, peta, denah, tabel, dan lain sebgainya. 

F. Membaca Buku
        
      Pengertian buku di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Aplikasi Offline (2012 : 1) adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. 

1. Jenis-jenis Buku
       Jenis buku terbagi menjadi dua, yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Fiksi adalah karangan yang isinya bersifat khayal (imaginative), yaitu tidak merupakan kenyataan yang sebenarnya, walaupun menggambarkan berbagai segi kehidupan, atau didasarkan pada peristiwa-peristiwa kehidupan yang sesungguhnya.
      Sebaliknya, karangan nonfiksi adalah karangan yang isinya kenyataan atau bukan khayalan. Karangan ilmiah pada umumnya merupakan karangan nonfiksi. Karangan-karangan nonfiksi meliputi bidang bahasan yang banyak sekali. Menurut bidang bahasanya, nonfiksi pada umumnya adalah yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, politik, agama, sejarah, biografi dan otobiografi, kritik, propaganda, dan matematik.

2. Tujuan Membaca Buku
a. Membaca Untuk Informasi Tertentu
       Sebuah buku nonfiksi, terutama buku teks pada umumnya memiliki tiga macam informasi yang terkandung, yaitu isi umum buku, isi bab atau seksi buku, dan penjelasan tertentu tentang sesuatu (istilah, definisi, dan lain-lain).
b. Membaca Untuk Studi 
      Membaca untuk studi adalah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan padat) tentang isi buku tercapai.

KEPUSTAKAAN

Depdikbud. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Qtmedia. Google Play Store.
       
Grellet, Francoise. 1981. Developing Reading Skills: Practical Guide to reading
          Comprehention, terjemahan Darmiyati Zuchdi (1992). Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta.

Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Suatu Teknik Memahami                         Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nurhadi dan Rukhan.1990. Dimensi-Dimensi dalam Belajar Bahasa kedua. Bandung: Sinar Ilmu.

Pola. 2015. Pengertian Paragraf dan Jenis Paragraf. (online) (diunduh pada 08-12-2016).

Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka            Utama.

Tampubolon. 1987.  Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: PT                    Angkasa.

Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.

Tarigan.1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Angkasa.

KAJIAN UNSUR INTRINSIK CERPEN CALON SUAMI - KARYA ASNELI LUTHAN

Hai sahabat Pandai Belajar sekalian! Pada kali ini mimin akan membahas mengenai kajian unsur Intrinsik dari cerpen CALON SUAMI karya Asneli Luthan, cerpen ini merupakan bagian dari buku yang berjudul "Topeng" Karya Asneli. Adapun yang akan dibahas pada kajian unsur instrinsik ini yaitu Identitas Pengarang Cerpen Calon Suami, Identitas Cerpen Calon Suami, Garis besar isi Cerpen Calon Suami, dan Kajian Unsur Intrinsik Cerpen Calon Suami


A. Identitas Pengarang
     Cerpen yang berjudul Calon Suami ini merupakan salah satu karya fiksi berupa cerpen yang ditulis oleh seorang wanita yang berasal dari Bukittinggi, Sumatra Barat bernama Asneli Luthan. Asneli Luthan (1952—1983) merupakan salah seorang pengarang Indonesia yang berasal dari Bukittinggi, Sumatra Barat. Beliau  dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1952 di Bukittinggi, Sumatra Barat, dari pasangan Raminan dan Luthan Malin Mangkuto. Asneli menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SLTA di kota kelahirannya, Bukittinggi.
   Sementara itu, dunia kepengarangannya bermula selepas dari SLTA dengan menulis puisi dan cerita pendek. Dengan adanya surat kabar harian Sumatra Barat yang menyediakan ruangan cerpen dan budaya pada tahun 1970-an Asneli Luthan mulai memasuki dunia kepenulisannya. Melalui surat kabar tersebutlah Asneli Luthan memulai karirnya sebagai penulis cerpen. Karyanya banyak dimuat dalam koran-koran terbitan Padang. Banyak juga karya-karyanya yang dimuat di dalam surat kabar ibukota, seperti surat kabar Kompas, Republika, dan sebagainya.
   Pada tahun 1974, Asneli Luthan merantau ke Jakarta. Karir kepenulisannya di dalam dunia sastra semakin berkembang pesat setelah memasuki kota Jakarta. Asneli Luthan tidak hanya menulis cerpen dan puisi, tetapi juga menulis cerita anak. Dia telah menulis lima cerita anak di samping tetap bergiat menulis puisi dan cerpen. Karya-karya Asneli pernah dimuat di harian Kompas, harian Sinar Harapan, harian Berita Buana, Majalah Sastra Horison, Majalah Selecta, dan Majalah Mutiara. Terakhir, Asneli Luthan bekerja sebagai editor majalah Kartini. 
   Asneli Luthan meninggal di Jakarta tanggal 20 September 1983 dalam usia yang relatif masih muda, yaitu 31 tahun. Akan tetapi, karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. 

B. Identitas Cerpen
     Cerpen yang berjudul Calon Suami ini merupakan karya dari pengarang yang berasal dari Bukittinggi yaitu Asneli Luthan. Cerpen Calon Suami ini ditulisnya pada saat Asneli Luthan telah berada di Jakarta, tepatnya pada tahun 1979. Cerpen Calon Suami ini terdiri atas kurang lebih 1.377 kata dan 29 paragraf. 
   Cerpen Calon Suami ini dimuat di dalam sebuah buku yaitu buku Kumpulan Cerpen yang berjudul Topeng. Buku ini diterbitkan pada tahun 1983 yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta dan telah beberapa kali dicetak hingga sekarang. 
  Menurut Fadli (2016:1) jenis cerita pendek terbagi atas dua bagian yaitu jenis cerpen menurut panjangnya dan jenis cerpen menurut alirannya. Fadli mengemukakan bahwa jenis cerpen berdasarkan panjangnya terbagi atas tiga bagian. Pertama, yaitu cerpen pendek (mini) yang memiliki ukuran 750-1.000 kata saja. Kedua, yaitu cerpen ideal (sedang) yang berukuran sekitar 3-5 halaman. Ketiga, yaitu cerpen panjang yang memiliki 10.000 kata atau lebih. Dari pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa cerpen yang berjudul Calon Suami karya Asneli Luthan termasuk kedalam jenis cerpen yang ideal (sedang).
            
Sedangkan jenis cerpen yang berdasarkan kepada alirannya menurut Fadli terbagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut. 
  1. Cerpen beraliran realis, yaitu cerpen yang menggambar sesuatu apa adanya, seperti sesungguhnya. Cerita cerpen realis akan berkutat pada cerita sehari-hari. Pengarang cerpen melukiskan apa adanya, tidak memihak dan mengesampingkan prasangka atau pandangannya sendiri. 
  2. Cerpen beraliran surealis, yaitu cerpen yang berhubungan dengan dunia mimpi. Dunia angan-angan. Dunia mistis. Dunia yang berbeda dengan dunia nyata.  
  3. Cerpen beraliran idealis, yaitu cerpen yang sarat akan pandangan penulis. Di dalamnya terdapat cita-cita penulis yang diadopsi oleh tokoh-tokoh cerita. Penulis cerpen idealis memiliki pandangan tersendiri mengenai hari ini atau sesuatu yang jauh di masa depan, dan ia berusaha menggiring pembaca pada pandangannya itu.
  4. Cerpen beraliran romantis, yaitu cerpen yang mengutamakan perasaan. Bisa hubungan antara sepasang manusia maupun hubungan-hubungan lain. Penulisan cerpen romantis mengutamakan pilihan bahasa yang indah demi menunjang romantisme ceritanya.
  5. Cerpen beraliran ekspresionis, yaitu cerpen yang berkaitan dengan ekspresi pengarang terhadap sesuatu.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui, bahwa jika dilihat dari alirannya maka cerpen yang berjudul Calon Suami karya Asneli Luthan ini termasuk cerpen yang beraliran realis, karena di dalam cerpen tersebut terdapat cerita pada sehari-hari dan dapat terjadi pada kenyataan. 

C. Garis Besar Isi Cerpen
     Di dalam makalah Kajian Unsur Intrinsik Cerpen ini, penulis membahas tentang unsur intrinsik yang terkandung di dalam cerpen yang berjudul Calon Suami karya Asneli Luthan. Cerpen ini ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan khususnya realita kehidupan masyarakat Minangkabau. Hal ini sangat terlihat di dalam cerpen ini, yaitu pada bahasa yang digunakan dan juga pada latar cerita yang banyak mengacu kepada masyarakat Minangkabau.
   Cerpen ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita untuk mendapatkan pasangan hidupnya yang tak lepas dari bantuan keluarga-keluarga terdekatnya dalam menentukan pasangannya. Tokoh wanita tersebut bernama Inne, tokoh Inne menjadi tokoh sentral atau tokoh utama di dalam cerita ini. Tokoh Inne ini kesulitan untuk mendapatkan pendamping hidupnya, hingga pada akhirnya Inne dipilihkan pasangan yang cocok dengannya.
    Inne merupakan seorang gadis dewasa yang berasal dari Minangkabau. Dia merantau ke kota dan mempunyai pekerjaan di kota. Tetapi, Inne yang sudah dewasa itu belum mampu mendapatkan pasangan hidupnya di kota. Hal itu menimbulkan kecemasan bagi keluarga dekatnya terutama Ibunya. Karena kecemasan itulah akhirnya keluarga Inne mencarikan pasangan yang cocok dan ideal sesuai kriteria yang Inne ingikan untuk menjadi pasangan hidupnya. 
   Akan tetapi, karena Inne memiliki sifat yang keras kepala pada awalnya menolak dan mencemaskan calon yang telah dipilihkan keluarganya untuk dirinya. Namun setelah Ibunya mengirim surat yang berisikan paksaan untuk menerimanya dan kembali ke kampung. Akhirnya, dengan sedikit paksaan dari surat tersebut Inne pun dengan berat hati kembali ke kampung untuk bertemu dengan jodoh pilihan keluarganya di kampungnya.
   Setelah sampai di kampung halamannya Inne pun disabut gembira oleh keluarganya dan langsung dipertemukan dengan calon suaminya. Ternyata apa yang Inne bayangkan itu berbeda dengan kenyataannya, calon suami yang keluarganya pilihkan itu benar-benar merupakan idaman Inne dan merupakan sosok ideal bagi Inne. Sehingga, ia pun sangat berterimakasih kepada keluarganya yang sangat mengerti dan memahami apa yang diinginkannya, terutama ibunya yang ia kira tidak pernah mengetahui isi hatinya selama ini. 
   Akan tetapi, pada paragraf terakhir pada cerpen yang berjudul Calon Suami  ini menyatakan bahwa semua yang ada di cerita itu tidak pernah terjadi kepada Inne.

A. Gaya Bahasa
Penggunaan gaya bahasa di dalam suatu karya tulis atau tulisan menjadi hal yang sangat diperhatikan. Oleh karena itu, gaya bahasa menjadi unsur penting untuk dibicarakan, meskipun bukan hal yang paling utama. Setiap bentuk tulisan pasti menggunakan gaa bahsa dan gaya bahasa yang penulis gunakan tersebut akan memberi informasi kepada kita siapa penulisnya, hal itu akan dapat diketahui melalui gaya bahasa.
Keraf membatasi pengertian style atau gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf, 2007). Hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Tarigan (Tarigan, 2000) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Sedangkan menurut Imam Syafi’i “gaya penulisan yaitu cara penampilan diri penulis dalam mengarang sebagaimana terlihat dalam krangannya”. Keraf juga membedakan gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna ke dalam dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut nilai lahirnya dan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mengandung unsur kelangsungan makna. Sebaliknya, gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata yang membentuknya. Dari pemaparan menurut para ahli diatas dapat diketahui bahwa masalah penggunaan gaya bahasa sangat penting di dalam kegiatan menulis maupun kegiatan berbicara.
Di dalam cerpen yang berjudul Calon Suami ini, pada umumnya penulis (Asneli Luthan) menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca, yaitu bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata dan kalimat yang merupakan bahasa keseharian yang sering digunakan dan didengar akrab atau tidak asing lagi di telinga kita. lihat kutipan berikut.
“Saudara, malapetaka ini bermulanya setelah saya menerima surat dari kampung. Isinya megancam. Kalau surat ini dikirim oleh ibu saya, atau bapak saya saja misalnya, tak jadi soal. Tapi celakanya, surat itu ditandatangani oleh semua keluarga. Kalau saya membangkang atas ancaman itu, berarti saya harus kehilangan mereka. Semua! Dituruti? Amboi!” (paragraf 4)
”Inne, kamu harus pulang setelah mendapat surat ini. Calon suamimu telah kami sediakan. Kalau kamu tidak pulang, buruk akibatnya. Dua adik perempuanmu yang tidak usah disebutkan namanya di sini, akan minggat dari rumah. Karena mereka ingin secepatnya kawin. Padahal mereka tak mau kawin kalau kamu belum kawin. Adik laki-lakimu tidak mau membantu uang dapur lagi, karena menurut mereka, giliranmu membantu untuk masa-masa selanjutnya. Kata mereka, hal tu akan bisa kamu lakukan kalau ada yang menjamin hidupmu. Penghasilanmu sendiri bisa membantu orang tua. Dan yang lebih penting, kalau kamu menolak lagi mayatmu kelak tidak akan dikunjungi keluarga. Camkan! Ini tidak main-main.” (paragraf 5)
”Pada surat-surat mereka yang lalu, saya masih berhasil meyakinkan, bahwa jodoh itu di tangan tuhan Tuhan. “Saya ingin kawin. Tapi nanti saja, kalau Tuhan mengirimkan seorang laki-laki yang benar-benar pantas untuk seorang perempuan seperti saya. Tenang saja Bu, anak Ibu seorang yang istimewa, jadi teman hidupnya juga harus istimewa. Menemukan yang istimewa zaman sekarang susah Bu” kata saya dalam surat agar dia tenang dan bangga” (paragraf 6)
Beberapa kutipan di atas menunjukan bahwa secara umum bahasa yang digunakan oleh penulis cerpen Calon Suami ini mudah dimengerti karena merupakan bahsa sehari-hari.
Secara umum bahasanya memang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata asing yang tidak dimengerti, seperti kata jawi, mamak, mangkel, amboi, sekonyong-konyong. Sehingga membutuhkan Kamus Bahasa Daerah dan juga Kamus Besar Bahasa Indonesia onlline untuk mencari arti dari kata-kata tersebut. Lihat kutipan berikut.
“Saya benar-benar bingung. Tak tahu apa yang harus diperbuat. Mereka keterlaluan! Apa mereka pikir saya ini kerbau atau jawi! Diseret ke lapangan, diadu, diperah, dijual? Begitu?” (paragraf 1)
“Saya tak keberatan kalau saya mau. Apa salahnya kalau hal begitu memang enak dan menguntungkan. Masalahnya itulah, saya tidak mau. Hati saya menolak. Batin saya tidak sudi diajak kompromi. Tapi mereka: ibu, bapak, mamak, uda, adik, dan semua famili saya yang paling dekat, mereka itulah yang harus saya hadapi. Mereka darah daging saya. Di mana secuil daging, setetes darah, sehelai rambut, setitik keringat yang ada dalam tubuh saya asal muasalnya dari mereka”. (paragraf 2)
“Gundah gulana, merasa terpojok, mangkel, sedih, merana, dan ingin bertindak tapi tak tahu tindakan apa, itulah yang menggerogoti jantung, hati, dan otak saya saat itu”  (paragraf 3)
“Saudara, malapetaka ini bermulanya setelah saya menerima surat dari kampung. Isinya megancam. Kalau surat ini dikirim oleh ibu saya, atau bapak saya saja misalnya, tak jadi soal. Tapi celakanya, surat itu ditandatangani oleh semua keluarga. Kalau saya membangkang atas ancaman itu, berarti saya harus kehilangan mereka. Semua! Dituruti? Amboi!” (paragraf 4)
“Sekonyong-konyong datang bayangan lain. Bagaimana kalau dia itu orang kaya? Punya perusahaan anu atau perkebunan besar. Diajak hidup layak, Atau siapa tahu, dia mau memperalat saya. Dari jauh dia sudah mempelajari kelemahan dan kekuatan saya, tinggal tancap saja nanti. ”Tuhan, tolonglah saya!”. (paragraf 16)
Selain bahasa Indonesia yang ada di dalam cerita, penulis (Asneli Luthan) juga menggunakan bahasa Daerah, yaitu bahasa Minangkabau untuk lebih menekankan isi cerita. Meskipun begitu, kosakata Minangkabau yang terdapat dalam cerita tidak terlalu mendominasi suatu kalimat, sehingga bagi pembaca yang tidak mengerti bahasa Minangkabau, tidak mengalami kesulitan dalam memahami jalannya cerita.
Di dalam cerpen Calon Suami terdapat gaya bahasa yang menarik dan unik, seperti gaya bahasa hiperbola, yaitu gaya bahasa yang berlebihan atau melebih-lebihkan suatu hal yang turut menghiasi isi cerita tersebut. Selain itu hal yang menarik lainnya, yaitu kata-kata asing di dalam cerpen Calon Suami ini, sehingga membuat pembaca merasa penasaran untuk mengetahui arti dari  kata tersebut dan tertarik untuk membacanya. Secara keseluruhan bahasa yang digunakan di dalam cerpen Calon Suami karya Asneli Luthan menarik. Pembaca tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana nasib dan urutan kejadian yang menimpa tokoh Inne hingga akhir cerita. Lihat kutipan berikut

“Saudara, malapetaka ini bermulanya setelah saya menerima surat dari kampung. Isinya megancam. Kalau surat ini dikirim oleh ibu saya, atau bapak saya saja misalnya, tak jadi soal. Tapi celakanya, surat itu ditandatangani oleh semua keluarga. Kalau saya membangkang atas ancaman itu, berarti saya harus kehilangan mereka. Semua! Dituruti? Amboi!” (paragraf 4) Kutipan di atas berisi hal menarik, sehingga membuat penulis tertarik untuk mengetahui urutan kejadian dan nasib yang menimpa tokoh Inne. Lihat juga kutipan berikut ini.
“Manaaa?”
”Apa?”
”Janjinya!”
”O, itu?”
”Iya, ibu bagaimana, sih?” (Dalam bahasa daerah tentunya)
”Sabar, dong”
"Sialan!"
"Ibu saya ke luar kamar sambil mengedipkan matanya sebelah. Besoknya saya disuruh ibu dan etek (tante) berdandan. Peralatannya sudah disediakan. Tinggal pakai”.  (paragraf 18) Kutipan tersebut membuat pembaca semakin penasaran kepada calon suami pilihan keluarganya untuk Inne.
Cerita ini juga mengandung sugesti estetik berupa pengaruh nilai terhadap tokoh dalam cerpen. Pembaca akan ikut bersimpati pada tokoh Inne melalui bahasa yang digunakan mampu membuat pembaca ikut merasakan kegundahan, kebingungan, bahkan keterpaksaan tokoh Inne dalam cerita, khususnya pada awal penceritaan.
Bahasa di dalam cerpen ini komunikatif. Bahasa yang digunakan sangat mensugesti pembacanya untuk mengikuti apa keinginan narator yang disalurkan melalui bahasa mensugesti para pembaca atas apa yang terjadi pada Inne dan apa yang dirasakan oleh Inne setelah dipaksa pulang untuk dinikahkan dengan calon suami pilihan keluarganya. Pembaca merasakan bagaimana tersiksanya batin Inne pada saat mengetahui bahwa Inne akan dijodohkan oleh keluarganya dengan laki-laki yang tidak Inne kenal. Pembaca juga merasakan bagaimana gelisahnya Inne saat membayangkan suami yang sudah dipersiapkan oleh keluarganya. Pembaca juga merasakan kebahagiaan Inne pada saat mengetahui bahwa Inne dipertemukan dengan jodoh yang diidamkannya. 

Lihat kutipan berikut ini.
“Gundah gulana, merasa terpojok, mangkel, sedih, merana, dan ingin bertindak tapi tak tahu tindakan apa, itulah yang menggerogoti jantung, hati, dan otak saya saat itu” (paragraf 3) Kutipan ini menunjukan bahwa tokoh Inne merasa kesal dan bimbang.
“Terima kasih, Bu. Terima kasih. Saya kira ibu tidak mengerti tentang saya selama ini, sehingga hubungan kita sering sendat. Rupanya tidak. Ibu mengerti dan memahami saya sedalam-dalamnya. Ibu tahu selera saya. Sampai kepada siapa yang pantas jadi suami saya. Terima kasih yang tak bertara. Pilihan keluarga, adalah idaman saya. Ideal sekali,” saya cium pipi ibu sebagai rasa terima kasih yang tulus. Sesuatu yang tak pernah saya lakukan kepada ibu atau anggota keluarga dekat lainnya. Tradisi kami tak membiasakannya.” (paragraf 25) Kutipan ini menunjukan suasana bahagia dan merasa cocok dengan suami pilihan keuarganya.

Akan tetapi, pada paragraf terakhir terdapat penegasan bahwa semua hal itu tidak pernah terjadi. Lihat kutipan berikut.
“Saudara sayang sekali. Semua ini tak pernah terjadi”. (kalimat terakhir) dari kutipan ini dapat kita ketahui bahwa semua hal yang berupa pengalaman-pengalaman tokoh Inne di dalam cerita ini tidak pernah terjadi, khususnya zaman sekarang ini  dimana adat dan tradisi sudah mulai ditinggalkan.

B. Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan tempat berada narator dalam menceritakan kisahnya. Setiap kalimat didalam karya sastra naratif merupakan perkataanyang diucapkan oleh seseorang (Atmazaki, 2005).
Sedangkan menurut  Muhardi dan Hassanuddin (Murhadi dan Hasanuddin, 1992) sudut pandang adalah “suatu cara bagi pembaca untuk mendapatkan informasi-informasi fiksi, Teknik pengarang mengemukakan informasi dapat dibedakan menjadi teknik dia-an dan teknik aku-an. Teknik dia-an adalah pengarang menceritakan tokoh-tokoh ceritanya dengan anggapan bahwa tokoh tersebut merupakan orang ketiga dalam teknik berkomunikasi. Teknik aku-an  adalah pengarang menempatkan dirinya sebagai orang pertama dalam berkomunikasi atau seolah-olah  tokoh utama dalam cerita”.
Sehingga dapat diketahui dari pemaparan di atas, bahwa cerpen Calon Suami karya Asneli Luthan ini menggunakan teknik aku-an, atau biasa disebut dengan Menceritakan Diri Sendiri (MDS).
Hal di atas dapat dibuktikan dengan teknik penceritaan yang digunakan oleh penulis, karena pencerita di dalam cerpen ini memposisikan dirinya sebagai orang pertama, karena pencerita menggunkan kata ganti “saya” di dalam cerpen ini. Dalam sudut pandang orang pertama ini, tokoh “saya” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah maupun di dalam diri sendiri. Tokoh “saya” menjadi pusat penceritaan. Segala sesuatu yang di luar dari diri tokoh “saya” di dalam cerita ini hanya diceritakan jika berhubungan dengan dirinya. Hal itu terbukti pada beberapa kutipan paragraf di bawah ini. Lihat kutipan berikut ini.

“Saya benar-benar bingung. Tak tahu apa yang harus diperbuat. Mereka keterlaluan! Apa mereka pikir saya ini kerbau atau jawi! Diseret ke lapangan, diadu, diperah, dijual? Begitu?” (paragraf 1)
“Saya tak keberatan kalau saya mau. Apa salahnya kalau hal begitu memang enak dan menguntungkan. Masalahnya itulah, saya tidak mau. Hati saya menolak. Batin saya tidak sudi diajak kompromi. Tapi mereka: ibu, bapak, mamak, uda, adik, dan semua famili saya yang paling dekat, mereka itulah yang harus saya hadapi. Mereka darah daging saya. Di mana secuil daging, setetes darah, sehelai rambut, setitik keringat yang ada dalam tubuh saya asal muasalnya dari mereka”. (paragraf 2)
“Pada surat-surat mereka yang lalu, saya masih berhasil meyakinkan, bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. ”Saya ingin kawin. Tapi nanti saja, kalau Tuhan mengirimkan seorang laki-laki yang benar-benar pantas untuk seorang perempuan seperti saya. Tenang saja Bu, anak Ibu seorang yang istimewa, jadi teman hidupnya juga harus istimewa. Menemukan yang istimewa zaman sekarang ini susah, Bu,” kata saya dalam surat agar dia tenang dan bangga”. (paragraf 6)
“Dengan helaan nafas panjang, jantung nyat nyut, kondisi pisik dan batin yang runyam, saya pun berangkat. Begitu terganggunya keadaan saya, sampai tidak tahu dengan kendaraan apa saya pulang. Lewat tanah, udara, air, atau bawah bumi. Tak tahu. Habisnya, sepanjang jalan tidak henti-hentinya saya berdoa. Mudah-mudahan calon suami saya itu betul-betul ideal dan idaman saya”. (paragraf 14)

Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pencerita memposisikan dirinya sebagai orang pertama, karena sering ditemui kata “saya” di dalam cerpen Calon Suami karya Asneli Luthan ini. Ini berarti pencerita atau penulis (Asneli Luthan) Menceritakan Diri Sendiri (MDS).
Di lihat dari alur ceritanya, posisi pencerita di dalam cerpen ini lebih baik seperti ini, yang menceritakan diri sendiri, karena dengan sudut pandang pencerita sebagai orang pertama yang menceritakan dirinya sendiri cerpen ini menjadi menarik minat para pembaca untuk mengetahui cerita di dalam cerpen ini hingga akhir cerita, dibandingkan dengan bercerita dengan sudut pandang lain. Mungkin, jika pencerita mengganti sudut pandang cerpen ini dengan sudut pandang lain, susunan cerita dan urutan kejadiannya tidak akan semenarik di dalam cerpen Calon Suami karya Asneli Luthan ini. 

C.    Tokoh
Arti kata “tokoh” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemegang peran (peran utama) di dalam roman atau drama. Di dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dijelaskan tentang beberapa jenis tokoh yaitu sebagai berikut.
  1. Tokoh Bulat. Tokoh bulat adalah tokoh di dalam karya susastra yang diperikan segi-segi  wataknya sehingga dapat dibedakan dari tokoh yang lain.
  2.  Tokoh Datar. Tokoh datar adalah tokoh dalam susastra yang hanya diungkapkan satu segi wataknya, tidak dikembangkan secara maksimal, dan apa yang dilakukan atau dikatakan tidak menimbulkan kejutan pada pembacanya.
  3. Tokoh Pipih. Tokoh pipih sama saja dengan tokoh datar.
  4. Tokoh Utama. Tokoh utama adalah peran utama dalam cerita rekaan atau drama.
Sedangkan kata “penokohan” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan menokohkan, dan penciptaan citra tokoh dalam karya susastra.
“Pada umumnya jika kita membaca cerita-cerita pendek atau roman, timbullah dalam pikiran kita bayangan dari rupa, wajah, bentuk dan sifat-sifat (watak pribadi) pelaku-pelaku dalam cerita-cerita itu, sifat-sifat pelaku itu ada dua macam: 1) Sifat-sifat lahir (rupa, bentuk) 2)  Sifat-sifat dalam (watak, kepribadian)”. (Lubis, 1996).
Di dalam cerpen Calon Suami karya Asneli Luthan terdapat tokoh-tokoh yang dapat teridentifikasi dan juga tidak dapat teridentifikasi. Pemaparannya akan dibahas satu persatu tokoh yang berperan dari mulai sifat lahir, sifat dalamnya dan juga interaksi sosial antar tokoh di dalam cerpen tersebut, sebagai berikut.

1. Inne
Tokoh saya dapat diidentifikasi secara fisik, tetapi tidak dijelaskan ciri-ciri fisiknya secara mendetail, hanya disinggung beberapa hal. yaitu tokoh saya merupakan perempuan bernama Inne, masih muda, masih kuat, cukup umur untuk menikah, dan tidak cantik. Berdasarkan cerpen  Inne memeliki wajah yang cantik. Tetapi, di dalam surat yang dikirim oleh Ibunya mengatakan bahwa Inne tidak cantik. Umur tidak dijelaskan di dalam cerita, namun jika dikaitkan dengan kejadian di dalam cerita, mungkin Inne berumur sekitar 25-30 tahun.
Di dalam cerita dijelaskan bahwa Inne memiliki sifat atau watak yang sombong, keras kepala, cerdik dalam menutupi kekurangannya, dan pekerja keras. Hal ini termasuk kedalam sifat dalam dari tokoh tersebut atau juga biasa disebut dengan psikis, khususnya psikis tokoh Inne. Semua hal diatas dapat dibuktikan melalui kutipan-kutipan, sebagai berikut.

“Alah, kamu hanya menutupi kelemahanmu saja. Katakan, kamu tidak mampu menarik hati laki-laki. Karena kamu keras kepala dan sombong. Mending wajahmu cantik!”  (paragraf 10) Kutipan ini menunjukan fisik dan psikis Inne. Tetapi, hal itu dikatakan pada saat Sang Ibu marah dan kesal terhadap Inne.
Lihat juga kutipan berikut “Setelah kenduri selesai, kami (saya dan suami) bersiap-siap berangkat. Tak bisa terlalu lama, perkerjaan saya menunggu”. (paragraf 23) Kutipan ini menunjukan bahwa tokoh Inne memiliki sifat pekerja keras.

Tokoh Inne merupakan pusat penceritaan narator yaitu sebagai tokoh utama. Di dalam interaksi antar tokoh, tokoh Inne berhubungan komunikasi hamper ke seluruh tokoh yang berada di dalam cerita. Tetapi, tidak semua tokoh, hanya dengan tokoh Ibu, Etek, dan Suami saja. Pembuktian terdapat pada kutipan-kutipan berikut.
“Tak usah khawatir atau malu, Bu. Bnyak perempuan yang tidak kawin. Misalnya Henriette Ronald Holst, Florence Nightingale, Jean d’arc, dan banyak lagi yang lain. Mereka itu dicatat sejarah dunia Bu. Perempuan-perempuan hebat!” (paragraf 7) Kutipan ini berisi tentang interaksi antara Inne dan Ibunya secara tidak langsung, yaitu melalui surat menyurat.
“Singkat cerita, akhirnya saya sampai di rumah. Nampaknya penyambutan saya benar-benar dirancang sedemikian rupa. Rumah begitu ramai oleh sanak famili. Mereka sangat senang dan bergembira. Setelah selesai basa-basi, saya tak sabar ingin menanyakan,bahkan sudah kebelet ingin bertemu Sang Calon.
“Kelihatannya mereka sengaja mengulur-ulur waktu, menunggu agar saya penasaran. Ketika ke kamar mau ganti pakaian, saya beri kode Ibu saya agar masuk kamar pula. Tanpa sopan santun lagi, saya serang ibu saya. Saya tagih janjinya” (paragraf 15-16)
“ ‘Kamu harus berhias secantik-cantiknya. Gaunmu harus benar-benar serasi,’ kata etek saya sambil membantu memoles wajah saya.” (paragraf 18) Kutipan ini berisi tentang interaksi tokoh Inne dengan eteknya (tante) dilakukan dengan cara komunikasi langsung, tandpa ada perantara.

Kutipan-kutipan di atas menunjukan interaksi sosial yag dilakukan Inne terhadap tokoh lain di dalam cerpen. Hal tersebut mendukung bahwa Inne menjadi pusat penceritaan oleh pencerita (Asneli Luthan), karena interaksi anatar tokoh yang ini lakukan sangat menyeluruh hampir ke semua tokoh yang ada di dalam cerpen tersebut.

2. Ibu Inne
Tokoh ini hanya berperan sebagi tokoh penunjang, yaitu penunjang untuk kelangsungan cerita. Secara fisik tokoh ini (Ibu) tidak dapat teridentifikasi, karena ciri fisik  tokoh ini tidak dijelaskan secara tersirat maupun secara tersurat. Sehingga ciri fisik tokoh Ibu tidak dapat dipastikan dengan jelas.
Tokoh Ibu Inne ini memiliki ciri psikis. Ibu Inne ini adalah seorang wanita yang memiliki sifat peduli, penyayang, dan perhatian kepada anaknya (Inne). Namun menjadi terlihat kasar setelah menerima surat balasan dari Inne yang ungkin membuatnya jengkel dan kesal kepada anaknya tersebut (Inne). Lihat kutiipan-kutipan berikut.
               
”Kamu kan bilang suamimu harus istimewa. Kami penuhi kehendakmu. Dia istimewa. Jangan banyak tanya lagi, pulang saja. Kebutuhan kenduri sudah kami sediakan ala kadarnya.” (paragraf  13) Kutipan ini menunjukan rasa perhatian dan kepedulian dari Ibunya terhadap Inne anaknya.
 “Terima kasih, Bu. Terima kasih. Saya kira ibu tidak mengerti tentang saya selama ini, sehingga hubungan kita sering sendat. Rupanya tidak. Ibu mengerti dan memahami saya sedalam-dalamnya. Ibu tahu selera saya. Sampai kepada siapa yang pantas jadi suami saya. Terima kasih yang tak bertara. Pilihan keluarga, adalah idaman saya. Ideal sekali,” saya cium pipi ibu sebagai rasa terima kasih yang tulus. Sesuatu yang tak pernah saya lakukan kepada ibu atau anggota keluarga dekat lainnya. Tradisi kami tak membiasakannya”. (paragraf 27)

Kutipan di atas menunjukan gambaran bahwa tokoh ibu Inne sangat menyayangi Inne (anaknya), karena ia benar-benar tahu apa yang ada dalam pikiran Inne. Sehingga ia berusaha dengan dengan sebaik mungkin untuk membantu memenuhi keinginan Inne tersebut, termasuk mencari jodoh sesuai yang diidamkan Inne. Lihat juga kutipan di bawah ini.

“Saya tidak tahu, akhir-akhir ini ibu saya lain sekali. Surat-suratnya keras dan kasar. Tak mau lagi memanggil saya dengan Nak, atau kata-kata lembut lainnya. Nampaknya sebel betul!” (paragraf 11) Kutipan ini menunjukan bahwa Ibu Inne merasa kesal kepada Inne.

Tokoh Ibu merupakan tokoh pendukung dalam cerita ini. Tokoh Ibu perannya tidak banyak di dalam cerpen ini. Di dalam cerita ini Ibu hanya berhubungan dengan Inne saja. Hal itu terlihat baik melalui surat-menyurat atau pun komunikasi langsung. Hal ini menunjukan bahwa interaksi yang dilakukan tokoh Ibu di dalam cerpen ini hanya sebatas berkomunikasi dengan pemeran utama yaitu Inne saja, tidak dengan tokoh-tokoh penunjang yang lainnya. Lihat kutipan berikut.

“Tapi balasan Ibu saya jauh diluar keinginan dan harapan saya.‘Alah, kamu hanya menutupi kelemahanmu saja. Katakan, kamu tidak mampu menarik hati laki-laki. Karena kamu keras kepala dan sombong. Mending wajahmu cantik!’ ” (paragraf 10) Kutipan ini menunjukan komunikasi melalui surat yang dilakukan oleh Inne dan Ibunya.

“ ‘Manaaa?’
   ‘Apa?’           
   ‘Janjinya!’
   ‘O, itu?’
   ‘Iya, Ibu bagaimana sih?’
   ‘Sabar dong’
   Sialan! Ibu saya keluar kamar sambil mengedipkan matanya 
   sebelah.” (percakapan Ibu dan Inne yang berada pada paragraf 16) Kutipan ini menunjukan komunikasi secara langsung dalam interaksi antar tokoh yang dilakukan oleh Inne dan Ibunya.

3. Etek (Tante)
Tokoh Etek di dalam cerpen Calon Suami ini hanya sebagai tokoh penunjang untuk berlangsungnya jalan cerita. Secara fisik tokoh Etek di dalam cerita ini tidak dapat teridentifikasi, karena ciri fisik tidak dijelaskan atau dipaparkan di dalam cerita melalui tersurat maupun tersirat.
Ciri psikis tokoh Etek ini tidak dijelaskan secara tersurat. Tetapi, psikis tokoh Etek ini dijelaskan secara tersirat oleh penulis (Asneli Luthan). di dalam cerita tampak bahwa Tante bersikap sedikit berlebihan (lebay). Hal ini tergambar di dalam kutipan di bawah ini.

”Kamu harus berhias secantik-cantiknya. Gaunmu harus benar-benar serasi,” kata etek saya sambil membantu memoles wajah saya.
”Kayak apaan, sih tek, orangnya?” usut saya sedikit demi sedikit.
”Pokoknya kamu bisa pingsan kalau tak kuat menahan diri,” kata etek saya.
”Wah, gawat dong.”
”Pokoknya kamu takkan percaya.” (paragraf 20)
Kutipan di atas menunjukan bahwa sikap Etek agak sedikit berlebihan dalam menanggapi pertanyaan dari Inne. 

Dari dalam cerpen Calon Suami ini, dapat diketahui bahwa tokoh Etek hanya berperan sebagai peran pendukung, yaitu yang menunjang jalan cerita pada cerpen ini. Interaksi sosial yang dilakukan oleh tokoh Etek di dalam cerpen ini hanya kepada Inne saja, tidak dengan tokoh-tokoh yang lain. Lihat kutipan di bawah ini.

”Kamu harus berhias secantik-cantiknya. Gaunmu harus benar-benar serasi,” kata etek saya sambil membantu memoles wajah saya.
 ”Kayak apaan, sih tek, orangnya?” usut saya sedikit demi sedikit.
 ”Pokoknya kamu bisa pingsan kalau tak kuat menahan diri,” kata etek saya.
 ”Wah, gawat dong.”
”Pokoknya kamu takkan percaya.” (paragraf 20) Kutipan ini menjelaskan bahwa tokoh Etek sedang berinteraksi dengan toko Inne dengan cara komunikasi langsung. 

4. Suami / Calon Suami
Secara  fisik tokoh calon suami tidak dijelaskan secara mendetail. Di dalam cerpen, tersirat bahwa Suami Inneberbadan lebih tinggi dari Inne, tampan dan ideal, sesuai dengan apa yang Inne harapkan. Lihat kutipan berikut.

“Saya angkat kepala pelan-pelan. Oh, tidak sanggup! Tunduk lagi. Si calon masih tetap diam di tempat dan tak bersuara. Saya angkat wajah saya sekali lagi. Berhasil. Saya tatap dia. Lembut saja. Dia memberikan senyum. Sedikit. Dia ulurkan tangannya. Saya terima dan saya menyebut nama saya. Saya tetap nyat-nyut. Tapi dia tak menyebut namanya.” (paragraf 23) Kutipan ini menunjukan bahwa Suami Inne berbadan tinggi.
“Pilihan keluarga, adalah idaman saya. Ideal sekali,” saya cium pipi ibu sebagai rasa terima kasih yang tulus. Sesuatu yang tak pernah saya lakukan kepada ibu atau anggota keluarga dekat lainnya. Tradisi kami tak membiasakannya”. (paragraf 27) Kutipan ini menunjukan bahwa Suami yang dipilihkan keluargany untuk Inne adalah idaman Inne yang ideal.

Ciri psikis tokoh Suami tidak dijelaskan secara tersurat di dalam teks cerpen ini. Tetapi secara tersirat terlihat bahwa tokoh ini bersifat ramah dan baik hati. Lihat kutipan berikut.

“Saya tatap dia. Lembut saja. Dia memberikan senyum. Sedikit. Dia ulurkan tangannya. Saya terima dan saya menyebut nama saya. Saya tetap nyat-nyut. Tapi dia tak menyebut namanya.” (paragraf 23).

Tokoh Suami / Calon Suami ini hanya sebagai tokoh pendukung yang sangat berpengaruh pada jalan cerita cerpen ini. Tokoh ini hanya berinteraksi dengan tokoh utama pada cerpen ini yaitu hanya berinteraksi dengan Inne, tidak dengan tokoh-tokoh yang lain. Lihat kutipan di bawah ini.
”Nama Anda?” tanya saya penuh perasaan. Dia tersenyum.
”Nama Anda?” ulang saya. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, lalu mengeluarkan secarik kertas. 
Di situ tertulis . . . . segala macam.
Nama, alamat, umur, pekerjaan, suku, hobby, agama, bintang film kesayangan, hal-hal yang tidak disukai, makanan favorit, dan nama serta asal-usul orang tua.” (paragraf 22) Kutipan tersebut menunjukan bahwa sang Suami berinteraksi dengan tokoh utama tanpa berbicara.

Ada beberapa tokoh yang tidak dapat teridentifikasi, karena tokoh-tokoh tersebut hanya disebutkan oleh penulis di dalam teks cerpennya dan tidak ada penjelasan mengenai hal fisik, psikis, maupun interaksi sosial antar tokoh. Tokoh –tokoh tersebut adalah keluarga Inne sendiri, yaitu bapak, mamak, uda, adik, dan semua famili

Lihat kutipan berikut.
“Tapi mereka: ibu, bapak, mamak, uda, adik, dan semua famili saya yang paling dekat, mereka itulah yang harus saya hadapi. Mereka darah daging saya. Di mana secuil daging, setetes darah, sehelai rambut, setitik keringat yang ada dalam tubuh saya asal muasalnya dari mereka.” (paragraf 2)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada beberapa tokoh yang tidak dapat teridentifikasi fisik dan psikisnya, dan tidak ada interaksi sosial atau interaksi antar tokoh antara tokoh-tokoh ini di dalam cerita.
Di dalam hubungan interaksi antar tokoh, tokoh Inne sebagai tokoh utama di dalam cerpen tersebut, tokoh Inne berhubungan dengan seluruh tokoh cerita. Tokoh Inne menjadi pusat penceritaan narator karena di dalam cerpen tersebut tokoh Inne sangat banyak menyita perhatian, dimana di dalam cerita peran tokoh Inne lebih menonjol atau lebih banyak berinteraksi dari pada tokoh lain. Tokoh ibu, Etek, Calon Suami adalah tokoh-tokoh yang mendampingi tokoh utama. 

D.   Latar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata “latar” adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan di dalam karya sastra. Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menyatakan bahwa arti lain dari kata “latar” adalah keadaan atau situasi (yang menyertai ujaran atau percakapan).
Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) mengemukakan bahwa “Latar  merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar memperjelas suasana, tempat, dan waktu peristiwa itu berlaku”. Sehingga latar tempat, waktu dan suasana dalam cerpen ini dapat memebantu tercuatnya masalah fiksi. Latar suasana, tempat, dan waktu pada cerpen ini akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan di dalam cerpen ini adalah kota atau daerah rantau, kampung (rumah), kamar, dan pintu kamar. Latar tempat tersebut sangat mendukung jalannya cerita dan sesuai dengan logika cerita, karena latar tempat di atas memiliki makna-makna yang berhubungan dengan jalan cerita. Akan tetapi, latar tempat di dalam cerpen tidak terlalu jelas dalam menyiratkan hal-hal yang berkaitan dengan kenduri atau proses pernikahan tokoh utama (Inne). Dari keempat latar tempat tersebut, bisa dihubungkan dengan alur cerita, yaitu sebagai berikut. 
a. Kota atau Daerah Rantau
Kota atau daerah rantau menyiratkan perjuangan, jauh dari kampung yang mungkin bisa membuat penulis berpikir bahwa di Kota sulit untuk mendapatkan jodoh karena riuhnya kota yang dipadati oleh orang-orang dari berbagai macam kalangan, latar belakang, dan sifat setiap orang yang berbeda.
b. Kampung (Rumah)
Kampung halaman (rumah) menyiratkan keluarga, lebih cenderung kepada kebahagian, dan biasanya proses pernikahan atau pesta pernikahan dilakukan di rumah.
c. Kamar
Kamar menyiratkan privasi atau milik pribadi yang tidak boleh sembarang orang memasukinya, dan kamar juga sangat berkaitan dengan pengantin baru.
d. Pintu Kamar
Pintu kamar menyiratkan gerbang menuju kebahagian untuk menjalankan kehidupan setelah menikah, dan gerbang untuk mengenal satu sama lain lebih dalam, karena kamar merupakan privasi yang biasanya berisi benda atau semua hal yang berkaitan dengan privasi seseorang.
Latar tempat tersebut sesuai dengan logika cerita yang mengemukakan persoalan mencari calon suami, sehingga sering terjadi perselisihan antara Inne dan Ibunya, sampai akhirnya mendapatkan suami idaman yang sesuai harapan Inne. Lihat kuipan berikut.

“Isi suratnya begini:
”Inne, kamu harus pulang setelah mendapat surat ini. Calon suamimu telah kami sediakan. Kalau kamu tidak pulang, buruk akibatnya. Dua adik perempuanmu yang tidak usah disebutkan namanya di sini, akan minggat dari rumah. Karena mereka ingin secepatnya kawin. Padahal mereka tak mau kawin kalau kamu belum kawin.Adik laki-lakimu tidak mau membantu uang dapur lagi, karena menurut mereka, giliranmu membantu untuk masa-masa selanjutnya. Kata mereka, hal tu akan bisa kamu lakukan kalau ada yangmenjamin hidupmu. Penghasilanmu sendiri bisa membantu orang tua. dan yang lebih penting, kalau kamu menolak lagi mayatmu kelak tidak akan dikunjungi keluarga. Camkan! Ini tidak main-main.” (paragraf 5) Kutipan ini menunjukan bahwa Inne sedang berada di tempat rantau.
“Singkat cerita, akhirnya saya sampai di rumah. Nampaknya penyambutan saya benar-benar dirancang sedemikian rupa. Rumah begitu ramai oleh sanak famili. Mereka sangat senang dan bergembira. Setelah selesai basa-basi, saya tak sabar ingin menanyakan, bahkan sudah kebelet ingin ketemu Sang calon.” (paragraf 16) Kutipan ini menunjukan bahwa Inne berada di rumah.
“Kelihatannya mereka sengaja mengulur-ulur, menunggu agar saya penasaran. Ketika ke kamar mau ganti pakaian, saya beri kode ibu saya agar masuk kamar pula. Tanpa sopan santun lagi, saya serang ibu saya. Saya tagih janjinya.” (paragraf 17) Kutipan ini menunjukan bahwa Inne berada di dalam kamar.

2. Latar Waktu
Latar waktu tidak dapat dipastikan. Tidak dijelaskan di dalam cerita ini. Tetapi, di dalam cerpen terdapat komunikasi antar tokoh dengan cara surat menyurat. Dapat diketahui, bahwa cerpen ini membahas kejadian sebelum tahun 2000-an,  dimana belum ada teknologi pesan elektronik.
 3. Latar Suasana
Latar suasana yang terdapat pada cerpen ini adalah suasana tegang, resah, bimbang dan perasaan terpaksa dari tokoh Inne. Namun, akhirnya suasana menjadi bahagia, karena tokoh Inne mendapatkan suami yang sesuai harapannya. Lihat kutipan berikut.

“Gundah gulana, merasa terpojok, mangkel, sedih, merana, dan ingin bertindak tapi tak tahu tindakan apa, itulah yang menggerogoti jantung, hati, dan otak saya saat itu.
                Saudara, malapetaka ini bermulanya setelah saya menerima surat dari kampung. Isinya megancam. Kalau surat ini dikirim oleh ibu saya, atau bapak saya saja misalnya, tak jadi soal. Tapi celakanya, surat itu ditandatangani oleh semua keluarga. Kalau saya membangkang atas ancaman itu, berarti saya harus kehilangan mereka. Semua! Dituruti? Amboi!” (paragraf 3-4) Kutipan tersebut menjelaskan bahwa suasana cerita sedang tegang, dengan persaan tokoh Inne yang  resah, dan bimbang. Lihat juga kutipan berikut.

“Sebelum berangkat, dengan pakaian kebaya dan dandanan seorang pengantin baru, berganti-ganti saya peluk ibu saya, bapak, etek, dan semua famili. Yang tentunya telah bersusah payah mencarikan suami buat saya. Ucapan syukur dan terima kasih. Betapa mereka telah menolong saya ke luar dari masalah pelik yang sekian tahun tak berhasil saya selesaikan.” (paragraf 26) Kutipan tersebut menunjukan bahwa suasana saat itu sedang bahagia.

E.    Alur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata “alur” adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat).  Sedangkan arti kata “alur cerita” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jalinan peristiwa dalam cerita untuk memperoleh efek tertentu.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa alur cerita merupakan urutan peristiwa cerita yang memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain yang didihunakan untuk memperoleh efek tertentu di dalam cerita.
Cerpen Calon Suami memilki jalan cerita dengan alur yang mengisahkan jalan kehidupan Inne dan perjalanan hidupnya dalam mencari pasangan yang cocok bagi dirinya. Dari awal, ketika Inne berada di daerah tempat ia bekerja, kemudian diminta untuk kembali ke kampung halamannya karena ia telah dicarikan calon suami oleh keluarganya di kampung. Dan terakhir, ia kembali ke daerah tempat ia bekerja setelah menerima dan menikah dengan calon yang dipilihkan oleh keluarganya itu. Lihatlah simpulan narasi cerpen Calon Suami berikut ini.
Peristiwa pada cerpen ini dimulai dari merantaunya Inne ke suatu daerah. Lalu, Ibu Inne mengirim surat menanyakan tentang jodoh Inne. Cerita ini tidak menggukan teknik yang sistematis. Penceritaan dimulai dari pertengahan, lalu kembali ke awal cerita, dan berakhir diakhir cerita.
Di awali dari merantaunya Inne ke luar kampung halamannya dan Inne mendapatkan pekerjaan, di sana Inne kesulitan  mencari calon suami yang cocok karena sifat ini yang sombong dan keras kepala sehingga Inne  kurang bisa menarik hati laki-laki. Lalu, karena merasa khawatir dan malu Ibunya pun mengirim surat yang menanyakan tentang calon suami Inne. Tetapi, saat itu Inne belum berhasil mendapatkan calon suami untuk dirinya. Inne mencoba mengelak dengan beralasan bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. Dengan alasan seperti itu Inne berhasil meyakinkan Ibunya bahwa dia masih bisa mencari sendiri calon suami yang diidamkannya. Pada surat berikutnya pun Inne masih bisa mengelak dan menutupi kelemahannya dalam menarik hati laki-laki. Lalu, karena Ibunya khawatir tidak bisa mendapatkan Calon Suami yang Inne inginkan, pada surat terakhir, Ibu dari Inne menyuruh Inne kembali ke kampung karena sudah ada calon suami yang dipilihkan oleh keluarganya. Isi surat tersebut mengancam Inne dan memaksa Inne untuk pulang ke kampung halamannya. Inne bimbang, resah atas pilihan keluarganya. Tetapi, karena isi surat yang mengancam, maka Inne pun terpaksa kembali ke kampungnya. Di kampungnya Inne disambut dengan meriah.                Sampai akhirnya, Inne dan Calon suami yang dipilihkan keluarganya dipertemukan. Inne terkejut karena Calon Suami pilihan keluarganya sama seperti apa yang diidamkan oleh Inne.
Inne pun bahagia dan sangat berterimakasih kepada keluarganya yang telah memlihkan Calon Suami yang diidamkannya yaitu sesuai tipe yang diinginkan oleh Inne. Tetapi sayang sekali, semua itu tidak pernah terjadi. 

F.    Tema
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dan sebagainya). Sedangkan menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:38) “Tema adalah inti persoalan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya”.
Di dalam cerpen ini teridentifikasi beberapa konflik yang bermunculan. Tokoh Inne yaitu sebagai tokoh utama memiliki konflik dengan dirinya sendiri (Internal) Konflik internal itu adalah kebimbangan dan keresahan Inne karena belum bisa menarik hati laki-laki dan belum bisa menemukan calon suami yang diidamkannya, sedangkan keluarganya sudah mendesak Inne untuk segera menikah. Lihatlah kutipan berikut.

“Gundah gulana, merasa terpojok, mangkel, sedih, merana, dan ingin bertindak tapi tak tahu tindakan apa, itulah yang menggerogoti jantung, hati, dan otak saya saat itu.” (paragraf 3) Kutipan tersebut menunjukan bahwa di dalam cerita tersebut terjadi konflik internal yang menimpa tokoh utama (Inne).

Tokoh memiliki konflik internal lain, yaitu dengan kebimbangan atas apa yang diminta keluarganya kepada Inne. Konflik internal yang terjadi ketika keluarga Inne menyuruh Inne pulang ke kampungnya karena sudah dipilihkan calon suami untuk Inne oleh keluarganya, tetapi Inne sempat merasa bimbang. Konflik Internal lainnya adalah ketidakpercayaan Inne terhadap calon suami pilihan keluarganya sendiri. Lihat kutipan berikut.

”Inne, kamu harus pulang setelah mendapat surat ini. Calon suamimu telah kami sediakan. Kalau kamu tidak pulang, buruk akibatnya. Dua adik perempuanmu yang tidak usah disebutkan namanya di sini, akan minggat dari rumah. Karena mereka ingin secepatnya kawin. Padahal mereka tak mau kawin kalau kamu belum kawin. Adik laki-lakimu tidak mau membantu uang dapur lagi, karena menurut mereka, giliranmu membantu untuk masa-masa selanjutnya. Kata mereka, hal tu akan bisa kamu lakukan kalau ada yang menjamin hidupmu. Penghasilanmu sendiri bisa membantu orang tua. Dan yang lebih penting, kalau kamu menolak lagi mayatmu kelak tidak akan dikunjungi keluarga. Camkan! Ini tidak main-main.” (paragraf 5) Kutipan tersebut menjelaskan bahwa ada ancaman yang dituliskan pada surat itu terhadap Inne.
“Sekonyong-konyong datang bayangan lain. Bagaimana kalau dia itu orang kaya? Punya perusahaan anu atau perkebunan besar. Diajak hidup layak, Atau siapa tahu, dia mau memperalat saya. Dari jauh dia sudah mempelajari kelemahan dan kekuatan saya, tinggal tancap saja nanti. ”Tuhan, tolonglah saya!” (paragraf 15) Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Inne meragukan calon suami pilihan keluarganya, dan menjelaskan tentang ketidakpercayaan Inne terhadap pilihan keluarganya.

Dari konflik-konflik tersebut teridentifikasi bahwa tema cerpen atas konflik-konflik yang terjadi pada tokoh utama itu mengarah kepada “Perjodohan yang menyiratkan bahwa jodoh di tangan Tuhan”.

G.    Amanat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata “amanat” adalah gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau pendengar. Menurut Mursal Esten (1993:22) amanat merupakan pemecahan suatu tema. Di dalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit (berterang-terangan) dan dapat juga secara implisit (tersirat). Bahkan ada amanat yang tidak nampak sama sekali. Umumnya cipta sastra modern memiliki amanat secara implisit.
Setelah membaca cerpen (Calon Suami karya Asneli Luthan) pembaca mendapatkan efek pesan yang bernilai baik bagi pembaca itu sendiri. Cerpen ini mengandung nilai-nilai yang sublime, dan mengandung beberapa amanat yang baik.
Pesan yang terkandung di dalam cerpen ini adalah yakinlah bahwa Tuhan pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi setiap hambanya. Hal itu menyiratkan bahwa Tuhan itu Maha Pengasih Penyayang kepada setiap hambanya. Dari pesan diatas, jika dikaitkan dengan alur cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa jodoh itu di tangan Tuhan dan Tuhan pasti akan memberikan jodoh yang terbaik bagi setiap hambanya. Maka kita harus meyakini itu. Pesan kedua yang terkandung adalah berusahalah untuk tidak bersikap sombong dan keras kepala, karena orang-orang di sekitar tidak suka akan kesombongan kita. Pesan ketiga, yaitu janganlah menyepelekan pilihan kedua orang tua kita, maka dari itu kita harus menghormati dan menghargai pilihan kedua orang tua kita.
Tetapi, pada bagian terakhir terdapat kalimat “Saudara sayang sekali. Semua ini tak pernah terjadi” yang menyiratkan bahwa semua kejadian yang ada di dalam cerpen tersebut tidak terjadi atau hanya khayalan belaka, karena tidak mungkin pada tahun 1979 seorang anak gadis Minang yang belum menikah dibiarkan saja pergi merantau ke Kota tanpa ada keluarga yang mendampingi.  Dalam adat Minang Kabau, hal itu tidak diperbolehkan anak perempuan yang mash gadis untuk tinggal sendiri, serta membiayai kehidupan keluarganya atau dijadikan tulang punggung keluarga. Mungkin, narator mencoba mengingatkan para pembaca untuk tidak melupakan adat istiadat Minang Kabau. Dari hal ini dapat dipetik amanat, yaitu lestarikanlah adat istiadat dan budaya daerah setempat, janganlah melupakan kebudayaan dan adat istiadat daerah setempat, terutama adat Minang Kabau.    

KEPUSKTAKAAN

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang. Yayasan Citra Budaya Indonesia.

Esten, Mursal. 1993. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung. Angkasa.

Fadli. 2016. Jenis Cerpen. (online) (http://ilmukata.com/jenis-cerpen/) (diakses 05-11-2016).

Gorys, Keraf. 2007. Diksi Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia.

Lubis, Mocthar. 1996. Sastra dan Tekhniknya. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Muhardi dan Hasanuddin. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang. IKIP Padang Press.

Syafi’i. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta. Diejen Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung. Angkasa.